BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amphibia
merupakan suatu class hewan vertebrata yang paling primitif. Spesies dari
Amphibia yang masih eksis hingga sekarang termasuk dalam 3 kelompok yaitu
Salamander (Urodela), Caecilian (Gymnophiona) dan Anura. Lebih dari 4600
spesies dari Amphibia dan masing-masing spesies memiliki perbedaan dalam bentuk
tubuh, ukuran, ekologi serta tingkah lakunya Amphibia merupakan hewan yang
memiliki kelembaban kulit cukup tinggi, kulit tidak ditutupi oleh rambut serta
memiliki kemampuan hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa
Yunani yaitu Amphi yang berarti rangkap dan Bios yang berarti hidup. Karena itu
Amphibia diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di
darat dan di air. Pada umumnya, Amphibia mempunyai siklus hidup awal di
perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan
Pada
fase berudu Amphibia hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada fase
ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan
bernafas dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini Amphibia bergerak dengan kaki.
Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan
ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan
menghilang. Pada Anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi
terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara melompat
Amphibia modern dikelompokkan dalam LissAmphibia. Awalan liss- dalam kata LissAmphibia berarti halus/lembut, maksudnya merujuk pada kulit Amphibia yang tidak ditutupi oleh sisik (scaleless skin). Kurangnya perlindungan sisik pada kulit serta beberapa karakteristik lain pada kulit Amphibia mempengaruhi cara hidupnya antara lain adanya kelenjar hedonic (memproduksi feromon yang digunakan pada masa kawin) dan juga adanya chemical defense yang berupa racun (dihasilkan oleh kelenjar granuler). Dan yang paling penting dari struktur kulit Amphibia adalah permeabilitas kulit terhadap air. Kulit Amphibia merupakan tempat terjadinya pertukaran gas (pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida), dalam system biologi, permeabilitas terhadap gas tidak dapat dipisahkan dari permeabilitas terhadap air. Pada sebagian besar spesies Amphibia air menguap dengan cepat melalui kulit sehingga Amphibia akan mengalami dehidrasi dan beberapa jam kemudian Amphibia akan mati jika tidak dapat menemukan air
Tingkat
penguapan yang tinggi pada Amphibia sangat membatasi aktivitas mereka. Amphibia
akan aktif hanya pada saat tingkat kelembaban tinggi dan kecepatan bertiup
angin rendah sehingga tekanan evaporasi akan berkurang. Maka dari itu, sebagian
besar Amphibia hanya aktif pada malam hari (terutama ketika hujan di malam
hari)
Permeabilitas
terhadap air juga memiliki peranan lain yang dapat mendukung kemampuan bertahan
hidup dalam habitat yang kering seperti gurun. Amphibia tidak meminum air akan
tetapi mereka menyerap air melalui kulit sehingga mereka bisa memperoleh air
dari tanah yang lembab. Katak, kodok dan Salamander yang hidup di gurun
menghabiskan waktu berbulan-bulan di dalam liang bawah tanah dan mengambil air
dari tanah yang ada di sekitarnya untuk menjaga kestabilan air di dalam
tubuhnya. Gurun tidak menyediakan air yang cukup untuk Amphibia sehingga jika
mereka tidak memiliki kulit yang permeable terhadap air, mereka tidak akan
dapat bertahan di habitat seperti ini
Amphibia
di alam menempati berbagai tipe habitat, sehingga Amphibia dapat dikelompokkan
berdasarkan habitat dan kebiasaannya antara lain:
1. Terestrial : hidup di atas permukaan tanah.
2. Arboreal : kelompok yang hidup di atas pohon.
3.
Akuatik : kelompok yang sepanjang hidupnya selalu terdapat di sekitar badan
air.
4. Fossorial : kelompok yang hidup di dalam lubang-lubang tanah.
Para Herpetologis telah mengenal lebih
dari 4000 spesies Amphibia dan terdiri dari 3 kelompok utama yaitu katak dan
kodok (Anura), Salamander (Urodela), dan Caecilian (Apoda). Katak dan kodok
merupakan Amphibia yang paling melimpah dimana terdapat lebih dari 3500 spesies
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana karakteristik amphibia
2.
Di manakah habitat amphibia
3.
Bagaimanakah struktur eksternal amphibian
4.
Bagaimanakah system internal amphibian
5.
Bagaimana relasi amphibian dengan manusia
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Karakteristik Amphibia
Amphibia merupakan suatu kelas hewan
bertulang belakang (vertebrata) yang mencakup hewan salamander, cacing, kodok,
dan bangkong. Istilah ampibhia berarti “kehidupan rangkap”, yaitu kehidupan
yang menyangkut cara hidup hewan ini di air maupun di darat. Perbedaan antara
amphibia dan reptilia sebagai kerabat terdekatnya, terletak pada kulitnya yang
lembut, basah dan tidak tertutup oleh apa – apa serta kulit telurnya yang tidak
terdiri atas kulit yang keras dan lentur yang dapat mencegah telur jadi kering.
Oleh karena itu telur amphibia hanya dapat hidup di air atau di tempat basah.
Kita mengenal kira – kira 3000 spesies amphibia yang msih hidup yang dapat
dibagi menjadi 3 ordo yaitu : pertama, Apoda atau salamander cacing (kira –
kira 150 spesies) yang “bagian besar masa hidupnya ada dalam tanah; kedua,
Cudata atau salamander (250 spesies); dan ketiga, Anura atau kodok dan bangkong
(2600 spesies) yang kaki belakangnya panjang. Sesuai dengan kebiasaannya untuk
melompat.
Amphibia adalah hewan berdarah dingin yang
mampu menyesuaikan cara hidupnya dengan lingkungan. Di daerah beriklim sedang,
bila musim dingin tiba, hewan ini bersembunyi di mana saja, misalnya mengubur
diri dalam lumpur parit, dikubanan atau di tanah yang basah di antara batu –
batuan. Selama tidur pada waktu musim dingin, hewan ini tidak makan, dan
sedikit pertukaran udara yang dibutuhkannya, yang berlangsung melalui kulitnya.
Semua amphibia dewasa adalah pemakan
daging, tetapi karena hewan ini relatif kecil, makanannya terutama terdiri atas
serangga atau hewan kecil lainnya yang tidak bertulang belakang. Kodok dan
bangkong yang besar juga makan hewan seperti tikus, dan lain – lain. Amphibia
sendiri merupakan mangsa yang empuk bagi hewan lain, dan musuh utamanya adalah:
burung, ular dan beberapa mamalia, sedangkan telur dan larvanya merupakan
mangsa bagi ikan dan hewan air lainnya.
Walaupun angota – anggotanya mempunyai 2
fase kehidupan yaitu fase kehidupan di air dan fase kehidupan di darat. Adanya
perpindahan habitat tersebut menyebabkan terjadinya perubahan pola – pola untuk
penyesuaian hidup pada lingkungan air dan daratan. Pada saat hidup di air,
anggota amphibia bernafas dengan insang dan bergerak dengan cara berenang.
Setelah indah ke habitat darat dikembangkanlah kaki sebagai alat gerak, paru –
paru untuk bernafas sebagai pengganti insang dan nares (nostril – lubang
hidung) untuk pengambilan gas – gas pernafasan.
Ciri – Ciri Amphibia
Adapun
ciri-ciri umum anggota amphibia adalah sebagai berikut:
1. Memilliki anggota gerak yang secara anamotis pentadactylus, kecuali
pada apoda yang anggota geraknya terduksi.
2. Tidak memiliki kuku dan cakar, tetapi ada beberapa anggota amphibia
yang pada ujung jarinya mengalami penandukan membentuk kuku dan cakar, contoh Xenopus
sp..
3. Kulit memiliki dua kelenjar yaitu kelenjar mukosa dan
atau kelenjar berbintil ( biasanya
beracun).
4. Pernafasan dengan insang, kulit, paru-paru.
5 Mempunyai sistem pendengaran, yaitu berupa saluran auditory dan
dikenal dengan tympanum.
7. Mempunyai
struktur gigi, yaitu gigi maxilla dan gigi palatum.
8. Merupakan hewan
poikiloterm.
10.
Memiliki dua pasang kaki untuk berjalan atau
berenang dengan 4 – 5 jari atau lebih sedikit dan bersirip.
11.
Amphibia mempunyai 2 lubang hidung
yang berhubungan dengan rongga mulut. Pada lubang hidung tertentu terdapat klep
yang mencegah masuknya air pada saat hewan tersebut berada di dalam air.
12. Mata amphibia berkelopak dan kelopak
tersebut dapat digerakkan.
13.
Mulut amphibi bergigi dan berlidah (lidahnya
dapat dijulurkan pada saat menangkap mangsa).
14.
Rangka tubuh amphibi sebagian besar tersusun
atas tulang keras, tengkoraknya memiliki due kondil. Apabila, amphibi bertulang
rusuk maka tulang rusuk tersebut tidak menempel pada tulang dada.
15.
Jantung amphibi terbagi atas tiga
ruang (2 atrium dan 1 ventrikel) dan memiliki satu pasang atau tiga pasang
lengkung aorta, sel darah merahnya berbentuk oval dan berinti. Selain dengan
paru – paru, amphibi dewasa bernafas dengan kulit dan selaput rongga mulut.
16.
Otak amphibi memiliki 10 pasang saraf
kranialis.
18.
Amphibi melakukan fertilisasi eksternal atau
internal, kebanyakan anggotanya bertelur (ovipar). Telur mempunyai kuning telur
dan terbungkus zat gelatin.
19.
Mengalami metamorfosis sempurna dalam siklus
hidupnya.
Amphibia
merupakan tetrapoda atau vertebrate darat yang paling rendah. Amphibia tidak
diragukan lagi berasal dari satu nenek moyang dengan ikan, mungkin hal itu
terjadi pada zaman devon. Transisi dari air ke darat tampak pada :
a. Modifikasi tubuh untuk dapat berjalan
di darat, di samping masih memiliki kemampuan berenang dalam air.
b. Tumbuhnya kaki sebagai pengganti
beberapa pasang sirip.
c. Merubah kulit hingga memungkinkan
menghadapi suasana udara.
d. Penggantian insang oleh paru – paru.
e. Merubah sistem sirkulasi untuk
keperluan respirasi dengan paru – paru dan kulit.
f. Alat sensorisnya memiliki fungsi di
udara maupun di air.
2.
Habitat dan Persebaran
Amphibi
muncul pada pertengahan periode Jura, pra era Paleozoik sebagai vertebrata yang
tertua. Kebanyakan Amfibi adalah hewan tropis, karena sifatnya yang poikiloterm
atau berdarah dingin. Amphibi memerlukan sinar matahari untuk mendapatkan panas
ke tubuhnya, karena tidak bisa memproduksi panas sendiri. Oleh karena itu
banyak amphibi yang ditemukan di wilatah tropis dan sub tropis, termasuk di seluruh
indonesia.
Amphibi
umumnya merupakan makhluk semi akuatik, yang hidup di darat pada daerah yang
terdapat air tawar yang tenang dan dangkal. Tetapi ada juga amphibi yang hidup
di pohon sejak lahir sampai mati, dan ada juga yang hidup di air sepanjang
hidupnya. Amphibi banyak ditemukan di areal sawah, daerah sekitar sungai, rawa,
kolam, bahkan di lingkungan perumahan pun bisa ditemukan.
3. Struktur Dan Fungsi
Pada kepala terdapat : rims oris yang lebar untuk
masuknya makanan, nares externs mempunyai peranan dalam pernafasan, sepasang
arganon visus (mata) yang bulat. Di belakang mata terdapat membrane tympani
untuk menerima getaran suara. Pada akhir tubuh terdapat anus yang berfungsi
sebagai pintu pelepas faeces, urine dan sel kelamin.
Extremitas muka yang berupa kaki atau tangan
berukuran pendek, terdiri atas : brachium (lengan atas) yang berupa humerus,
antibracium (lengan bawah) yang berupa radioulna, carpus (pergelangan tangan),
menus (telapak tangan) yang terdiri atas metacarpus dan phalangus (jari – jari);
pada telapak tangan terdapat palm, di bawah jari pada hewan jantan terdapat
penebalan terutama pada musim kawin.
Extremitas belakang yang berupa kaki belakang
terdiri atas femur (paha), crus (bagian kaki bawah) yang terdiri atas tibia dan
fibula, tarsus (pergelangan kaki), pes (telapak kaki) yang terdiri atas meta
tarsus dan phalangus (jari – jari).
Katak adalah bilateral simetris. Alat pencernaan
yang tampak dari luar yaitu cavum oris, dibatasi oleh maxillae (rahang atas)
atap pada sebelah atas, sedang di sebelah bawah di batasi oleh mandibula
(rahang bawah) dan oshyoid. Kemudian dilanjutkan oleh pharynx, oesophagus,
ventricullus dan intestinum yang terletak di dalam rongga tubuh. Lingula
(lidah) yang pipih berpangkal pada dasar di sebelah anterior mulut. Pada
permukaannya terdapat kuncup perasa dan papil, dilapisi oleh lendir, dapat
dijulurkan dari belakang ke muka untuk menangkap mangsa. Lingula disokong oleh
oshyoid (yang berupa tulang rawan) yang memungkinkan lidah tegar tapi lemas.
Pada maxillae sebelah luar terdapat denta maxillaris (gigi maxillaris), sedang
pada atap cavum oris terdapt denta vomerin terdapat dua lubang nares interns
yang berhubungan dengan narens externs. Glottis terletak pada medium ventral
pharynx sebelah belakang lingula, merupakan pintu menuju ke pulmo (paru –
paru). Di belakang mata di dekat sudut mulut terdapat ostium pharyngeum dari
tuba auditiva eustachii yang menghubungkan cavum oris dengan ruang telinga
dalam.
4. Sistem Transportasi
Jantung katak terdiri dari tiga ruang yaitu :
atrium kiri, atrium kanan, dan ventrikel (2 atrium, 1 ventrikel). Peredaran darah
tertutup, terdapat astir karotis, sistemik dan pulmokutaneus. Mempunyai tiga
macam pembuluh balik yaitu, vena cava, vena porta, dan vena pulmo kutaneus.
Pada katak terdapat dua system portal yaitu, system portal renalis yang membawa
darah dari tungkai belakang dan ekor ke ginjal dan system portal hepatica yang
membawa hasil pencernaan dari usus ke hati. Atrium kanan menerima darah yang miskin oksigen dari seluruh tubuh,
sedangkan atrium kiri menerima darah dari paru – paru. Darah dari kedua atrium
bersama – sama masuk ventrikel. Walaupun tampaknya terjadi percampuran antara
darah yang miskin oksigen dengan darah yang kaya oksigen namun percampiurn
diminimalisasi oleh adanya sekat – sekat yang terdapat pada ventrikel. Dari
ventrikel, darah masuk ke pembuluh darah yang bercabang tiiga. Arteri anterior
mengalirkan darah ke kepala dan ke otak. Cabang tengah (lung aorta) mengalirkan
darah ke jaringan internal dan organ dalam badan, sedangkan arteri posterior
dilewati oleh darah yang menuju kulit dan paru – paru.
Darah vena dari seluruh tubuh mengalir masuk ke
sinus venosus dan kemudian mengalir menuju ke atrium kanan. Dari atrium kanan,
darah mengalir ke ventrikel yag kemudian di pompa keluar melalui arteri
pulmonalis → paru – paru → vena pulmonalis → atrium kanan. Lintasan peredaran
darah ini disebut peredaran darah paru – paru. Selain peredaran darah paru –
paru, pada katak → sinus venosus → atrium kanan.
5.
Sistem
Pernafasan Pada Katak
Alat pernafasannya
terdiri dari paru-paru, kulit dan insang. Pertukaran gas terjadi pada kulit
terjadi secara difusi, larva (berudu) bernafas dengan insang.
Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga
mulut, kulit, dan paru – paru. Kecuali pada fase berudu bernafas dengan insang
karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat
pernafasan karena tipis dan banyak kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada
saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, lubang hidung terbuka dan glotis
tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui
selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernafas dengan selaput rongga mulut,
katak bernafas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karea kulitnya selalu dalam
keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas pernafasan mudah
berifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena
kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
Sebaliknya karbondioksida dari jaringan akan dibawa ke jantung, dari jantung di
pompa ke kulit dan paru – paru lewat arteri kulit paru – paru (arteri
pulmokutanea).[4]
Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbondioksida dapat terjadi di kulit.
Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan oto geniohioideus
berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong
oksigen masuk ke paru – paru lewat celah – celah. Dalam paru – paru terjadi
pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding
paru – apru dan sebaliknya karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme
ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot – otot perut dan sternohioideus
berkontraksi sehingga udara dalam paru – paru tertekan keluar dan masuk ke
dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka bersamaan
dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan
berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan mengecilnya
rongga mulut maka udara yang kaya karbondioksida keluar.
6.
Sistem
Pencernaan
Alat pencernaan
lengkap, berahang juga berkloaka. Mulut berlidah, bergigi serta gigi vomerin
pada langit-langit.
Alat pencernaan
makanan diawali oleh cavum oris dan diakhiri oleh anus. Pada beberapa bagian
dari tractus digestoria mempunyai struktur dan ukuruan yang berbeda. Mangsa
yang berupa hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan dibasahi oleh air
liur. Katak tidak begitu banyak mempunyai kelenjar ludah. Dari cavum oris makanan
akan melalui pharynx, oesophagues yang menghasilkan sekresi alkalis (basis) dan
mendorong makanan masuk dalam fentriculus yang berfungsi sebagai gudang
percernaan. Bagain muka frentriculus yang besar disebut cardiarc, sedag bagian
posterior mengecil dan berakhir dengan pyloris. Kontraksi dinding otot
ventriculus meremas makanan jadi hancur dan dicampur dengan sekresi ventriculus
yang mengandung enzim atau verment, yang merupakan katalisator. Tiap – tiap
enzim merubah sekelompok zat makanan manjadi ikatan – ikatan yang lebih
sederhana. Enzim yanbg dihasilkan oleh ventriculus dan intestinum terdiri atas
: pepsin, tripsin, erepsin untuk protein, lipase untuk lemak. Disamping itu
ventriculus menghasilkan asam klorida untuk mengasam kan bahan makanan. Gerakan
yang menyebabkan bahan makanan berjalan dalam saluran disebut gerak peristalis.
Beberapa penyerapan zat makanan terjadi di ventriculus tetapi terutama terjadi
di intestinum. Makanan masuk ke dalam intertinum dari ventriculus melalui klep
pyloris.
Kelenjar
pencernaan yang besar adalah hepardan pancreaticum yang memberikan sekresinya
pada intestinum kecuali itu intestinum menghasilkan sekresi sendiri. Hepar yang
besar terdiri atas beberapa lobus dan bilus atau zat empedu yang dihasilkan
akan ditampung sementara dalam fesica felea, yang kemudian akan dituangkan
dalam intestinum melalui ductus cystcus dahulu kemudian melalui duktus
cholydocus yang merupakan saluran gabungan dengan saluran yang dari pankreas.
Fungsi bilus untuk mengilmusikan zat lemat. Bahan makanan yang merupakan sisa
di dalam intestinum mjor menjadi faeces dan selanjutnya dikeluarjkan melalui
anus.
7.
Sistem
Ekskresi
Ginjal amphibi termasuk
tipe mesonefroid, dengan saluran kemih, urin keluar lewat kloaka, kandung kemih
merupakan gelembung tipis di sebelah sisi ventral kloaka.
Ginjal amphibi
sama dengan ginjal ikan air
tawar yaitu berfungsi untuk mengeluarkan air yang berlebvih. Karea kulit katak
permeable terhadap air, maka pada saat ia berada di air, banyak iar masuk ke
tubuh katak secara osmosis. Pada saat ia berada di darat harus melakukan
konservasi air dan tidak membuangnya. Katak menyesuaikan dirinya terhadap
kandungan air sesuai dengan lingkungannya dengan cara mengatur laju filtrasi
yang dilakukan oleh glomerulus, sistem portal renal berfungsi untuk membuang
bahan – bahan yang diserap kembali oleh tubuh selama masa aliran darah melalui
glomerulus dibatasi. Katak juga menggunkan kantung kemih untuk konserfadsi air.
Apabila sedang berada dia air, kantung kemih terisi urin ynag encer. Pada saat
berada di daarat air diserap kembali ke dalam darah menggantikan air yang
hilang melalui evaporasi kulit. Hormon yang mengendalikan adalah hormon yang
sama dengan ADH.
8. Sistem Endokrin
Katak memiliki
beberapa kelenjar endokrin yang menghasilkan sekresi intern yang disebut
hormon. Fungsinya mengatur atau mengontrol tugas – tugas tubuh, merangsang,
baik yang bersifat mengaktifakan atau mengerem pertumbuhan, mengaktifakan
bermacam – macam jaringan dan berpengaruh terhadap tingkah laku mahluk.
Pada dasar otak
terdapat glandulae pituitaria atcuglandulaehypophysa bagian anterior kelenjar
ini pada larva menghasilkan hormon pertumbuhan. Hormon ini mengontrol
pertumbuhan tubuh terutama panajang tulang, dn kecuali itu mempengaruhi
glandulae thyroidea. Bila seekor berudu diambil dan bagian anterior glndulae
hypophysannya, berudu tersebut tak akan tumbuh menjadi katak tapi bila potongan
itu ditransplatasikan kemabali, maka pertumbuhan akan terjadi sebagai mana
mestinya. Pemberian hormon yang dihasilkan oleh bagian anterior hypophysa ini
baik secara oral atau suntikan menyebabkan pertumbuhan raksasa.
Pada katak dewasa
bagian anterior glandulae pitutaria ini menghasilkan homon yang merangsang
gonad untuk menghasilkan sel kelamin. Jika kita mengadakan implantasi, kelenjar
ini dengan suskses pada seekor katak dewasa yang tak dalam keadaan berkembang
biak, maka mulai saat itu terjadi perubahan. Implantasi pada hewan betina
mengakibatkan hewan itu menghasilkan ovum yang telah masak. Implantasi pada
hewan jantan mengakibatkan hewan itu mengahasilkan sperma. Bagian tengah
pituitaria akan menghasilkan hormon intermidine yang mempunyai peranan dalam
pengaturan kromotofora dalam kulit. Bagian posterior pituitaria menghasilkan
suatu hormon yang mengatur pengambilan air. Glandulae phyroidea yang terdapat
di belakang tulang rawan hyoid menghasilkan hormon thryoid yang mengatur
metabolisme secara umum. Kelnjar ini menjadi besar pada berudu sebelum
metamorfose menjadi katak. Jika kelenjar itu diambil maka berudu tidak akan
menjadi katak. Kelenjar pankreas menghasilkan hormon nsulin yang mengatur
metabolisme (memacu pengubahan glukosa menjadi glikogen. Pada permukaan luar
ginjal terdapat glandula suprarenalis atau glandula adrenalis yang kerjanya
berlawanan dengan insulin (mengubah glikogen menjadi glukosa).
9. Sistem Reproduksi
Organ reproduksi
pada katak berbeda antara katak jantan dan katak betina. Pada katak jantan
terdapat sepasang testis (bentuknya oval, warnanya keputih – putihan) terletak
disebelah atas ginjal. Testis diikat oleh alat penggantungnya yang disebut
mesdrchiutn. Dari testis terdapat saluran yang disebut fasadefferensia yang
bermuara di kloaka. Bagian ureter yang dekat kloaka mengalami pembesaran yang
disebut vesicusa seminalis yang berfungsi untuk penampungan sementara
spermatozoa. Organ reproduksi betina terdiri atas sepasang ovarium yang
terdapat pada bagian belakang rongga tubuh diikat oleh penggantungnya yang
disebut mesovarium. Pada saat “musim kawin” pada ovarium terpadat ovum yang
masak dan menuju saluran yang disebut oviduk. Bagian posterior oviduk membesar
membentuk uterus. Selanjutnya telur dikeluarkan melalui kloaka keluar dari
tubuh. Pada katak terjadi fertilisasi eksternal (pembuahan di luar tubuh). Pada
“musim kawin” terjadi isyarat kawin oleh katak jantan dan katak betina.
Perkawinan dilakukan dengan cara katak jantan menempel di atas punggung katak
betina, lalu keduanya menyemprotkan sel – sel gametnya ke luar tubuh.
Katak termasuk hewan ovipar (bertelur). Telur dari
katak betina dan sperma dari katak jantan dikeluarkan di dalam air. Pembuahan
terjadi di dalam air (di luar tubuh). Telur menetas menjadi berudu yang hidup
di air dan bernafas dengan insang luar. Setelah berumur 4 minggu, insang luar
lenyap dan tumbuh insang dalam. Pada usia 10 minggu terbentuk tungkai belakang.
Tiga bulan kemudian terbentuk tungkai depan dan paru – paru mulai berkembang,
dan ekornya memendek. Pada umur 4 bulan katak telah menjadi dewasa dan hidup di
darat.
Alat reproduksi amphibian
Perkembangan katak
10. Sistem Syaraf
Sistem syaraf
katak terdiri atas syaraf pusat dan syaraf tepi. Syaraf pusat terususun atas
otak dan tali spinal, sedangkan saraf tepi tersusun atas saraf kranial,
saraf spinal. Otak dan tali spinal dibungkus oleh 2 membran yang tebal yaitu
durameter yang berbatasan dengan tulang dan pipiamater yang batasan dengan
jaringan saraf. Apabila dipanadang dari sebelah dorsal, pada otak akan
teradapat :
a. 2 lobus olfactorius yang bertanggung jawab untuk organisasi rang sang
yang berupa ban.
b. 2 erfhaemisphariumcerebri yang berfungsi menyiompan ingatan,
intelegensia dan mengontrol kebebasan.
c. Diencephalonmedialis yang berhubungan dengan mata dan keseimbangan.
d. 2 bulatan lobus opticus untuk koordinasi pengelihatan.
e. Otak kecil untuk koordiansi pergerakan.
f. Medula obongata untuk koordinasi sebagian besar aktifitas tubuh.
Apabila medula
oblongata diambil maka katak segera mati. Saraf spinal berpusat di otak dan
terdapat sepuluh pasang yang akan mengontrol aktifitas alat – alat sensori,
otot daging dan lain – lain.
11.
Alat Indera
Pada katak jantan
terdapt lubang di rongga mulut kana-kiri lidahnya, mempunyai kantong suara.
Mata lebar dengan memebran niktitans (selaput tidur) pelindung saat berad di
air. Selaput pendenga berada di belakng mata, tidak ada telinga luarnya.
Mempunyai dua lubang hidung dalam satu koane, kulit juga berperan dlam
pernafasan berwarna wari karena adanya pigmen lipofora, gu8anofora, dan
melanofora. Kulit mudah dikelupas dari tubuhnya karena antara kulit dan otot di
bawahnya terdapat rongga berisi limfe.
12. Sistem Limfatik
Sistem lifmatik
berhubungan dengan pengembalian plasma yang hilang dari sistem sirkulasi menuju
darah kempali. Sistem ini juga bertangggung jawanb untuk produksi cairan limfa
yang mengandung sel darh putih dan sedikit sel darah merah. Pada beberapa
tempat, sistem ini berhubungan dengan vena tubuh. Pada katak terdapat kantung
limfa tikus antara kulit dan tubuh. Kantung limfa tikus tersebut meliputi
kantung limfa tikus submaksilaris, pektoralia, abdominalis, lateralis,
brankialis, vemorolaris, intervemorlaris dan kranialis.
13. Sistem Otot
Tubuh katak dan juga (vertebrate lainnya) tersusun atas 3 macam otot. Otot
polos yang kerjanya diluar kemauan kita. Otot lurik yang kerjanya dalam
kesadaran kita dan otot jantung yang secara morfologi seperti otot lurik, namun
bekerja diluar kendali kita.
Otot lurik disebut
juga otot skelet terbagi atas :
a. Otot daging lebar dan pipih, misalnya adalah oblicus externus dan trans
versus yang membentuk dinding perut.
b. Otot daging gilig misalnya otot bisep (pada lengan).
c. Otot daging sfingter dengan carat melintang, misalnya sfingter pada anus
atau kloaka.
Otot lurik
mengikat atau melekat pada tulang dan pada saat kontraksi atau relaksasi akan
menggerakkan tulang tersebut. Koordinasi kontraksi otot dilaksanakan oleh
sistem saraf.
14. Sistem Kerangka
Sistem kerangka
pada katak dibangun oleh kerangka dalam (endoskeleton) yang tersusun atas
tulang – tulang. Terdapat 2 skeleton yang menusun sistem kerangka yaitu
skeleton aksial dan skeleton apendikular. Skeleton aksial tersusun atas
tempurung kepala, vertebrae (ruas – ruas belakang dan tulang dada). Skeleton
apendikular tersusun ekstremitas anterior dan extrimitas posterior.
Tempurung kepala
terususn atas beberapa tulang yaitu ccranium, bebrapa kapsul sensoris (kapsul
hidung, kapsul pendengar, kapsul besar untuk mata, dan tulang – tualng rahang).
Pada katak
terdapat 9 ruas tulang belakang. Pada katak terdapat 1 tulang dada. Ekstrenitas
anterior (lengan) dan ekstrenitas posterior (tungfkai) tersusun atas tulang –
tulang yang hampir sama.
15.
klasifikasi
Anggota
amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu Urodela (Salamander), Apoda (Caecilia), dan
Anura ( katak dan kodok). Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
SuperClass : Tetrapoda
Class : Amphibia
1. Ordo Caecilia ( Gymnophiona)
Ordo ini
mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga
disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak bertungkai,
dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi,
tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai
fotoreseptor. Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ
sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva
hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami
reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik.
Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara internal.
Ordo Caecilia
mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae,
dan Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae,
Caecilinae dan Typhlonectinae.
Famili yang
ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri
tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan
oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang bercabang
yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum
metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia adalah Ichtyophis
sp., yaitu di propinsi DIY.
2. Ordo Urodela
Urodela
disebut juga caudata. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai
anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan
antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang
lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil
dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan
fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas
dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah,
Jepang dan Eropa.
Urodella
mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub
ordo Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo
Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub
ordo Salamandroidea memiliki 7 famili yaitu Amphiumidae, Plethodontidae,
Rhyacotritoniade, Proteidae, Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan
Salamandridae.
3. Ordo Anura
Nama anura
mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini mempunyai
ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai
leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada
tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada
beberapa famili terdapat selaput diantara jari-jarinya. Membrana tympanum
terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di
belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan
berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di
perairan yang tenang dan dangkal.
Ada 5 Famili
yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae, Ranidae, Microhylidae
dan Rachoporidae. Adapun penjelasan mengenai kelima famili tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Bufonidae
Famili ini
sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar dan berbintil,
terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat pematang di
kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal. Sacral diapophisis melebar. Bufo
mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang
lebih panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput.
Fertilisasi berlangsung secara eksternal. Famili ini terdiri dari 18 genera dan
kurang lebih 300 spesies. Beberapa contoh famili Bufo yang ada di Indonesia
antara lain: Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan Leptophryne
borbonica.
b. Megophryidae
Ciri khas
yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas
matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili
ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat
dan kurang lincah. Gelang bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran
tinggi. Pada fase berudu terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari
makan di permukaan air. Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah Megophrys
montana dan Leptobranchium hasselti.
c. Ranidae
Famili ini
sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping. Tungkai
relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu
berenang. Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang berbintil. Gelang bahu
bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo.
Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian maxillanya. Sacral
diapophysis gilig. Fertilisasi secara eksternal dan bersifat ovipar. Famili ini
terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya adalah: Rana chalconota,
Rana hosii, Rana erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya cancrivora,
Fejervarya limnocharis, Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana.
d. Microhylidae
Famili ini
anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang dibandingkan
dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi beberapa
genus tidak mempunyai gigi. Karena anggota famili ini diurnal, maka pupilnya
memanjang secara horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya
adalah: Microhyla achatina.
e. Rachoporidae
Famili ini
sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar,
tapi kebanyakan halus juga berbintil. Tipe gelang bahu firmisternal. Pada
maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi palatum. Sacral
diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara
eksternal.
16.
Peranan Amphibia bagi Kehidupan Manusia
a. Dimanfaatkan
dibidang kedokteran untuk diambil racunnya sebagai penguat denyut jantung
b. Keperluan
praktikum zoology bagi para siswa dan mahasiswa
c. Jenis
urodela (megalobatrachus maximus)
disukai orang jepang, jenis Rana sp.
Disukai orang cina untuk dimakan.
d. Di
bidang pertanian dan peternakan amphibia berperan sebagai predator alami
serangga.
BAB III
KESIMPULAN
Amphibia merupakan hewan berdarah dingin yang mampu menyesuaikan cara
hidupnya dengan lingkungan. Spesies dari Amphibia yang masih eksis
hingga sekarang termasuk dalam 3 kelompok yaitu Salamander (Urodela), Caecilian
(Gymnophiona) dan Anura. Adapun ciri-ciri
umum anggota amphibia adalah: Memilliki anggota
gerak,Tidak memiliki kuku dan cakar, Kulit memiliki dua, bernafas dengan
insang, kulit, paru-paru, Mempunyai sistem pendengaran, Mempunyai struktur
gigi, yaitu gigi maxilla dan gigi palatum, Merupakan hewan poikiloterm, Mata amphibia berkelopak dan kelopak
tersebut dapat digerakkan, Mulut amphibi bergigi dan berlidah Rangka tubuh amphibi sebagian besar
tersusun atas tulang keras, Jantung amphibi terbagi atas tiga ruang (2 atrium
dan 1 ventrikel), dll.
Alat
pencernaan pada amphibian sudah lengkap, berahang juga berkloaka. Mulut
berlidah, bergigi serta gigi vomerin pada langit-langit. Katak termasuk hewan ovipar (bertelur). Telur dari katak
betina dan sperma dari katak jantan dikeluarkan di dalam air. Pembuahan terjadi
di dalam air (di luar tubuh). Telur menetas menjadi berudu yang hidup di air
dan bernafas dengan insang luar.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniati, Tuti. dkk. 2009. Zoologi Vertebrata. Bandung : UIN SGD
Bandung
Radiopoetro.1996. Zoologi. Jakarta : Erlangga
Mitchell, Campbell Reece. 2004.
Biologi . Jakarta : Erlangga
[2] . http://ensiklofauna.net46.net/?q=node/14(fitri
marlyani)
[3] http://images.google.co.id/imgres?imgurl
[6] http://ksh.biologi.ugm.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=12&Itemid=15
[8]
Prof.drs.radiopoetrozoologi.hlm.501.
[9] . http://ensiklofauna.net46.net/?q=node/14(fitri
marlyani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan comentar, kritik dan saran agar blog ini bisa lebih baik lagi...!