EKOLOGI
TUMBUHAN
“KLASIFIKASI
VEGETASI”
DISUSUN OLEH :
NAMA : EDWAR EDI HARDADI
NIM :
0905015047
KELAS : PEND. BIOLOGI/ REG. PAGI B
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITA
MULAWARMAN
SAMARINDA
2012
Topik : METODE dalam PENGAMBILAN SAMPLING
KOMUNITAS VEGETASI
Tenggal : Senin, 15 Mei 2012
Materi :
Frekuensi adalah
nilai besaran yang menyatakan derajat penyebaran jenis didalam komunitasnya.
Angka ini diperoleh dengan melihat perbandingan jumlah dari petak-petak yang
diduduki suatu jenis terhadap keseluruhan petak yang diambil sebagai petak
contoh di dalam melakukan analisis vegetasi. Frekuensi dipengaruhi oleh
beberapa factor, seperti luas petak contoh, penyebaran tumbuhan dan ukuran
jenis tumbuhan.
Frekuensi
relatif adalah frekuensi satu spesies sebagai presentase frekuensi total
tumbuhan. Densitas(kerapatan) adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam
suatu luasan tertentu misalnya 100/HA.
Dominansi
adalah besaran yang digunakan untuk menyatakan derajat penguasaan ruang atau
tempat tumbuh , berapa luas areal yang ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan atau
kemampuan suatu jenis tumbuhan untuk bersaing tehadap jenis lainnya. Dalam
pengukuran dominansi dapat digunakan proses kelindungan ( penutup tajuk ), luas
basah area , biomassa, atau volume.
Kerapatan(K) = Jumlah
individu
Luas petak ukur
Kerapatan relatif
(KR) = Kerapatan satu jenis x
100%
Kerapatan seluruh jenis
Frekwensi
(F) =
Jumlah petak penemuan suatu jenis Jumlah seluruh petak
Frekwensi
relatif (FR) =
Frekwensi suatu jenis x 100% Frekwensi seluruh jenis
Dominansi
(D) =
Luas Bidang Dasar suatu jenis Luas petak ukur
Dominansi
relatif (DR) =
Dominansi suatu jenis x 100% Dominansi seluruh jenis |
Biomas
adalah berat vegetasi per unit area.Dominansi atau importance berbagai spesies
dapat dinyatakan sebagai persentase total biomas.Untuk kuadran kecil dalam
vegetasi herba,biomas dapat diukur dengan memotong semua bagian diatas
tanah,dikeringkan dalam oven,dan ditimbang.Idealnya,akar juga harus dicabut,tetapi
akar tersebut sering diabaikan,akibatnya kebanyakan data biomas hanya tumbuhan
diatas tanah.
Produktivitas
adalah laju perubahan dalam biomas perunit area selama musim pertumbuhan atau
dalam satu tahun.Produktivitas dan biomas tidak perlu berkaitan.Hutan tua
mempunyai biomas besar tetapi dapat memperlihatkan produktivitas
kecil.Sebaliknya lahan dengan biomas yang lebih kecil dapat memperlihatkan
produktivitas besar.
Komponen
tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari :
1. Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang
memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi
banyak subtangkai.
2. Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang
hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin
hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.
3. Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa
bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana
pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.
4. Palma (Palm) : Tumbuhan yang
tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai
daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak
anak daun.
5. Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti
kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat
untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar.
6. Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat
ditanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus,
biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan
memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
7. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki
kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran
diameter lebih dari 20 cm. Untuk tingkat
pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
a.
Semai
(Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1.5 m
b.
Pancang
(Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter kurang dari
10 cm.
c.
Tiang
(Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.
A. Metode-Metode
Dalam Pengambilan Sampling Komunitas Vegetasi Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan
berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam
mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu
metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam
bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai
kendala yang ada. (Syafei, 1990). Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengambilan sampling komunitas
vegetasi, antara lain sebagai berikut:
1.
Metode
dengan Petak
a. Teknik Sampling Kuadrat (Quadrat Sampling
Technique)
Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey vegetasi yang
sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh yang dibuat
dalam teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak
tunggal mungkin akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi
yang diteliti bersifat homogen. Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada
bentuk morfologis vegetasi dan efisiensi sampling pola penyebarannya. Misalnya,
untuk vegetasi rendah, petak contoh berbentuk lingkaran lebih menguntungkan
karena pembuatan petaknya dapat dilakukan secara mudah dengan mengaitkan seutas
tali pada titik pusat petak. Selain itu, petak contoh berbentuk lingkaran akan
memberikan kesalahan sampling yang lebih kecil daripada bentuk petak lainnya,
karena perbandingan panjang tepi dengan luasnya lebih kecil. Tetapi dari segi
pola distribusi vegetasi, petak berbentuk lingkaran ini kurang efisien
dibanding bentuk segiempat. Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak studi
yang dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk segiempat memberikan data
komposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding petak berbentuk bujur sangkar
yang berukuran sama, terutama bila sumbu panjang dari petak tersebut sejajar
dengan arah perobahan keadaan lingkungan/habitat.
Untuk memudahkan perisalahan vegetasi dan pengukuran parametemya, petak
contoh biasanya dibagi-bagi ke dalam kuadrat-kuadrat berukuran lebih kecil.
Ukuran kuadrat-kuadrat tersebut disesuaikan dengan bentuk morfologis jenis dan
lapisan distribusi vegetasi secara vertikal (stratifikasi). Dalam hal ini
Oosting (1956) menyarankan penggunaan kuadrat berukuran 10 x 10 m untuk lapisan
pohon, 4 x 4 m untuk lapisan vegetasi berkayu tingkat bawah (undergrowth)
sampai tinggi 3 m, dan 1 x 1 m untuk vegetasi bawah/lapisan herba. Tetapi,
umtmmya para peneliti di bidang ekologi hutan membedakan potion ke dalam
beberapa tingkat pertumbuhan, yaitu: semai (permudaan tingkat kecambah sampai
setinggi < 1,5 m), pancang (permudaan dengan > 1,5 m sampai pohon muda
yang berdiameter < 10 cm), tiang (pohon muda berdiameter 10 s/d 20 cm), dan
pohon dewasa (diameter > 20 cm). Untuk memudahkan pelaksanaannya
ukuran kuadrat disesuaikan dengan tingkat perttunbuhan tersebut, yaitu umumnya
20 x 20 m (pohon dewasa), 10 x 10 m (tiang), 5 x 5 m (pancang), dan lxl m atau
2 x 2 m (semai dan tumbuhan bawah).
Dalam metode kuadrat ini, parameter-parameter vegetasi dapat dihitung
dengan rumus-rumus berikut ini:
Kerapatan (K) =
Jumlah individu Luas petak ukur
Kerapatan relatif
(KR) =
Kerapatan satu jenis x 100% Kerapatan seluruh jenis
Frekwensi
(F) =
Jumlah petak penemuan suatu jenis Jumlah seluruh petak
Frekwensi relatif
(FR) =
Frekwensi suatu jenis x 100% Frekwensi seluruh jenis
Dominansi
(D) =
Luas Bidang Dasar suatu jenis Luas petak ukur
Dominansi relatif
(DR) =
Dominansi suatu jenis x 100% Dominansi seluruh jenis |
i.
Petak
Tunggal
Di dalam
metode ini dibuat satu petak sampling dengan ukuran tertentu yang mewakili
suatu tegakan hutan.
Agar data
vegetasi hasil survei lebih bersifat informatif, sebaiknya bila waktu dan dana
survey memungkinkan, setiap lokasi pohon beserta tajuknya (termasuk pancang,
semai, dan tiang) begitu pula pohon yang masih berdiri atau pohon yang roboh
dalam petak contoh, dipetakan. Hal ini akan sangat berguna untuk mengetahui
pola distribusi setiap jenis vegetasi, proporsi gap, menduga luasan tajuk dari
diameter, dan lain-lain.
ii.
Petak Ganda
Di dalam
metode ini pengambilan contoh vegetasi dilakukan dengan menggunakan banyak
petak contoh yang letaknya tersebar merata. Peletakan petak contoh sebaiknya
secara sistematis.
Gambar 5. Desain petak ganda di lapangan
b. Metode Jalur
Metode ini
paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut kondisi
tanah, topografi dan elevasi. Jalur - jalur contoh ini harus dibuat memotong
garis-garis topografi, misal tegak lurus garis pantai, memotong sungai, dan
menaik atau menurun lereng gunung.
Gambar 6. Desain jalur contoh di lapangan
c. Metode Garis Berpetak
Metode ini
dapat dianggap sebagai modifikasi metode petak ganda atau metode jalur, yakni
dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur sehingga
sepanjang garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama.
Gambar 7 memperlihatkan pelaksanaan metode garis berpetak di lapangan.
Gambar
7. Desain metode garis berpetak
d. Metode
Kombinasi antara Metode Jalur dengan Metode Garis Berpetak
Dalam metode
ini pengambilan sampling pohon dilakukan dengan metode jalur dan mempermudah
dengan metode garis berpetak.
2.
Metode garis dan titik
a. Metode
Garis
Metode
garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan
metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan
tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan
akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar
50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup
5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka
garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990).
Pada
metode garis ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai
penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan
dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis.
Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu
tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis
yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990).
Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada
setiap garis yang disebar.
Berikut
ini langkah-laangkah melakukan metode garis :
1)
Menyebarkan
10 garis masing-masing sepanjang 1 meter secara acak atau sistematis.
2)
Melakukan
analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi.
3)
Melakukan
perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap
tumbuhan.
4)
Melanjutkan
perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.
5)
Menyusun
harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan
bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.
6)
Memberi
nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki
nilai penting terbesar.
b.
Metode Intersepsi Titik
Metode intersepsi titik merupakan
suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Pada
metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar
terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai
titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini variable-variabel yang
digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Rohman, 2001). Metode ini sering dipakai untuk vegetasi berbentuk
hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Metode ini juga merupakan suatu
metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Dalam metode
ini tumbuhan yang dapat dianalisis hanya satu tumbuhan yang benar-benar
terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai
titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini tedapat variable-variabel
yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Anonim. 2010).
Berikut ini langkah-langkah melakukan
metode intersepsi titik :
1) Membuat 10 titik yang masing-masing
titik berjarak 10 cm pada seutas tali raffia.
2) Menancapkan kawat atau lidi pada
setiap titik dan menebar tali raffia tersebut secara acak atau sistematis.
3) Melakukan analisis vegetasi
berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi pada setiap
tumbuhan yang mengenai setiap kawat atau lidi tersebut.
4) Melakukan 10 kali pengamatan, sehingga
akan diperoleh 10 seri titik.
5) Melakukan perhitungan untuk mencari
harga relatif dari setiap variabel untuk setiap tumbuhan.
6) Melanjutkan perhitungan untuk mencari
harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.
7) Menyusun harga nilai penting yang
sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai
pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas.
8) Memberi nama vegetasi yang telah
digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki nilai penting terbesar
Cuplikan
berupa garis, untuk vegetasi sangat dipengaruhi oleh komleksitas dari hutan
tersebut. Makin sederhana makin pendek garisnya. Pada dasarnya garis sebesar 50
M samapai 100 M berdasarkan pengalaman sudah memperlihatkan hasil yang memadai.
Vegetasi semak belukar diperlukan garis sepanjang 5M sampai 10M, dan untuk
vegetasi yang sederhana cukup dengan garis sepanjang 1M. Sistem analisis garis meliputi: Kerapatan,
didasarkan pada perhitungan jarak antara individu-individu sejenis yang
dilewati garis, atau bila dinyatakan dengan jumlah individu yang terlewati
garis.
Dapat
dihitung dengan rumus Kerapatan = Jumlah individu suatu jenis
Luas petak ukur Kerapatan relative (%) = Kerapatan suatu jenis x 100
Kerapatan seluruh jenis Kerimbunan, didasarkan pada panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, atau bila dinyatakan dalam prosen dapat dilakuan berdasarkan sperbandingan panjang penutupan garis yang terlewat individu tumbuhan terhadap panjang garis yang dibuat.
Luas petak ukur Kerapatan relative (%) = Kerapatan suatu jenis x 100
Kerapatan seluruh jenis Kerimbunan, didasarkan pada panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, atau bila dinyatakan dalam prosen dapat dilakuan berdasarkan sperbandingan panjang penutupan garis yang terlewat individu tumbuhan terhadap panjang garis yang dibuat.
3.
Metode tanpa plot(plotless)
a. Metode
transek
Untuk mempelajari suatu
kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya paling baik
digunakan cara jalur atau transek. Metode transek biasa digunakan untuk
mengetahui vegetasi tertentu seperti padang rumput dan lain-lain atau suatu
vegetasi yang sifatnya masih homogeny. Transek
adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/ diselidiki yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungannya atau
untuk mengetahui jenis vegetasi yang ada di suatu lahan secara cepat. Transek
dapat juga digunakan untuk studi altitude dan mengetahui perubahan komunitas
yang ada.
Terdapat 4 metode transek:
1) Metode Line Intercept (line transect)
Line
intercept biasa digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari komunitas padang rumput.
Dalam cara ini terlebih dahulu ditentukan dua titik sebagai pusat garis
transek. Panjang garis transek dapat 10 m, 25 m, 50 m, 100 m. Tebal garis
transek biasanya 1 cm. Pada garis transek itu kemudian dibuat segmen-segmen
yang panjangnya bisa 1 m, 5 m, 10 m. Dalam metode ini garis-garis merupakan
petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan
berapa kali terdapat/ dijumpai. Metode
transek-kuadrat dilakukan dengan cara menarik garis tegak lurus, kemudian di
atas garis tersebut ditempatkan kuadrat ukuran 10 X 10 m, jarak antar kuadrat
ditetapkan secara sistematis terutama berdasarkan perbedaan struktur vegetasi.
Selanjutnya, pada setiap kuadrat dilakukan perhitungan jumlah individual (pohon
dewasa, pohon remaja, anakan), diameter pohon, dan prediksi tinggi pohon untuk
setiap jenis. pengamatan
terhadap tumbuhan dilakukan pada segmen-segmen tersebut. Selanjutnya mencatat,
menghitung dan mengukur panjang penutupan semua spesies tumbuhan pada
segmen-segmen tersebut. Cara mengukur panjang penutupan adalah memproyeksikan
tegak lurus bagian basal atau aerial coverage yang terpotong garis transek
ketanah.
2) Metode Belt Transect
Metode ini biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas
dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga paling efektif untuk
mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topograpi, dan
elevasi. Transek dibuat memotong garis-garis topograpi, dari tepi laut
kepedalaman, memotong sungai atau menaiki dan menuruni lereng pegunungan. Lebar
transek yang umum digunakan adalah 10-20 meter, dengan jarak antar antar
transek 200-1000 meter tergantung pada intensitas yang dikehendaki. Untuk
kelompok hutan yang luasnya 10.000 ha, intensitas yang dikendaki 2 %, dan hutan
yang luasnya 1.000 ha intensitasnya 10 %. Lebar jalur untuk hutan antara 1-10
m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila
hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang baik.
3) Metode Strip Sensus
Metode ini sebenarnya sama dengan metode line transect, hanya saja
penerapannya untuk mempelajari ekologi vertebrata teresterial (daratan). Metode
strip sensus meliputi, berjalan disepanjang garis transek, dan mencatat
spesies-spesies yang diamati disepanjang garis transek tersebut. Data yang
dicatat berupa indeks populasi (indeks kepadatan).
b. Metode
bisect
Yaitu gambar
berskala vegetasi dalam line strip,ide ini dipakai untuk hutan tropis semua
tumbuhan dalam strip kira-kira panjangnya 60 m dan lebar 9 m.dan hal membuat
gambar terlihat seakurat mungkin.bagi mereka yang tidak pintar menggambar
dengan baik,bisect dapat digambar dalam bentuk sangat diagramatik dengan
memakai simbol.Keempat metode tadi dapat merekam cover sebagai fungsi
tinggi diatas tanah,jika sampling dikerjakan
secermat mungkin.
c. System analisis
Titik-titik
yang telah dibuat dan disebarkan secara acak atau sistematis merupakan
pusat-pusat dari suatu daerah pengamatan secara abstrak menjadi empat sector
pengamatan sesuai dengan arah mata angin. Empat sektor tersebut antar
lain :
·
Daerah I
: dibatasi
oleh arah Barat-Utara
·
Daerah
II : dibatasi
oleh arah Utara-Timur
·
Daerah III
: dibatasi oleh arah
Timur-Selatan
·
Daerah IV
: dibatasi oleh arah
Selatan-Barat
4. Metode Jarak
Metode jarak tidak menggunakan kuadrat,garis,atau
point frame,hanya menghitung jarak(dari titik acak ke tumbuhan terdekat atau dari tumbuhan ke
tumbuhan).Jarak rata-rata,dikalikan dengan faktor koreksi yang ditentukan
secara empiris,kemudian akan menjadi densitas.Metode jarak dasar dikembangkan
oleh Grant Cottam dn John Curtis dan di ujikan dan presice pada peta vegetasi
hutan nyata maupun buatan.
Metode jarak dapat menentukan 3 parameter, yakni
frekuensi densitas dan dominansi. Jumlah individu dalam suatu area dapat
ditentukan dengan mengukur jarak antara individu tumbuhan dengan titik
sampling. Metode ini telah digunakan dengan tipe tumbuhan yang berbeda terutama
pada pohon.
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa :
1. Frekuensi adalah nilai besaran yang menyatakan derajat
penyebaran jenis didalam komunitasnya.
2. Dominansi adalah besaran yang digunakan untuk
menyatakan derajat penguasaan ruang atau tempat tumbuh , berapa luas areal yang
ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan atau kemampuan suatu jenis tumbuhan untuk
bersaing tehadap jenis lainnya.
3. Biomas adalah berat vegetasi per unit area.
4.
Produktivitas
adalah laju perubahan dalam biomas perunit area selama musim pertumbuhan atau
dalam satu tahun.
5. Metode-metode yang dapat digunakan
dalam pengambilan sampling komunitas vegetasi antara lain adalah metode petak,
metode garis dan titik, metode tanpa plot, dan metode jarak.
Sumber :
Lumowa, Sonja V.T. 2012. Ekologi Tumbuhan. Universitas Mulawarman; Samarinda
http://3gggue.blogspot.com/2012/05/metode-sampling-komunitas.html
http://home.unpar.ac.id/~hasan/SAMPLING
http://nelacarlota.blogspot.com/2012/05/metode-dalam-pengambilan-sampling.html
blog lo kebanyakan gaya. mau berbagi ilmu apa mau jadi model?
BalasHapusdiperbaiki mas blognya, jangan alay
BalasHapusizin copas bro
BalasHapus