EKOLOGI
TUMBUHAN
“KLASIFIKASI
VEGETASI”
DISUSUN OLEH :
NAMA : EDWAR EDI HARDADI
NIM :
0905015047
KELAS : PEND. BIOLOGI/ REG. PAGI B
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITA
MULAWARMAN
SAMARINDA
2012
Topik : KLASIFIKASI
VEGETASI
Tenggal : Senin, 15 Mei 2012
Materi :
A. Klasifikasi
Vegetasi
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya
terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat klasifikasi vegetasi terdiri dari 7 macam diantaranya
:
1.
Vegetasi Pantai
Vegetasi
yang terletak di tepi pantai dan tidak terpengaruh oleh iklim serta berada
diatas garis pasang tertinggi. Salah satu tanaman yang terdapat di daerah
pantai adalah kelapa, merupakan satu jenis tumbuhan dari keluarga Arecaceae.
2.
Vegetasi Mangrove/Rawa
Merupakan karakterisitik
dari tanaman pantai,muara sungai atau delta yang berada di tempat yang
terlindung di daerah pesisir pantai yang membentuk suatu ekosistem. Definisi
menurut FAO (1982): adalah jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh
pada daerah pasang surut.
Macam-macam Vegetasi Mangrove
a.
Vegetasi
inti:
Jenis ini membentuk hutan mangrove di daerah yang mampu brtahan terhadap
salinitas (garam) yang disebut sebagai Halophyta. Kebanyakan jenis mangrove
mempunyai adaptasi khusus untuk tumbuh dan berkembang, toleransi terhadap garam
tinggi, dapat bertahan pada perendaman pasang surut.
b.
Vegetasi
marginal:
Pada mangrove yang berada di darat, di rawa musiman, pantai dan atau
mangrove marginal.
c.
Vegetasi
fakultatif marginal:
Daerah yang banyak ditumbuhi tanaman meliaceae dengan jenisnya Carapa
guianensis. Jenis lain Raphia taedigera, dimana pengaruh iklim khatulistiwa
sangat banyak, tumbuh jenis Melaleuca leucadendron rawa. Vegetasi yang tumbuh
di daerah pantai berlumpur dengan jenis-jenis pohon diantaranya pohon bakau ( Rhizophora sp), Bruguiera sp., Sonneratia sp.,
Xylocarpus, Avicenia dan lain-lain. Terdapat di bagian barat kawasan yaitu di
sekitar Sukadana dan Batu Barat.
3.
Vegetasi Payau
Adalah
areal/bidang tanah yang berupa hutan lebat yang berawa-rawa, permukaan tanah
tergenang selama enam bulan dan kumulatif dalam setahun dan pada kurin waktu
tidak terjadi penggenangan (surut) tanah senantiasa jenuh air. Vegetasi ini
tumbuh di daerah pertemuan air sungai dan air laut yang terdapat di muara
sungai. Jenis vegetasi di daerah payau adalah Bakau Rhizophora apiculata dan R. mucronata tumbuh di atas
tanah lumpur. Sedangkan bakau R.
stylosa dan perepat (Sonneratia alba) tumbuh di atas pasir
berlumpur.
4.
Vegetasi Gambut
Lahan gambut
mempunyai penyebaran di lahan rawa, yaitu lahan yang menempati posisi peralihan
diantara daratan dan sistem perairan. Lahan ini sepanjang tahun/selama waktu
yang panjang dalam setahun selalu jenuh air (water logged) atau tergenang air. Tanah gambut terdapat di
cekungan, depresi atau bagian-bagian terendah di pelimbahan dan menyebar di
dataran rendah sampai tinggi. Yang paling dominan dan sangat luas adalah lahan
gambut yang terdapat di lahan rawa di dataran rendah sepanjang pantai. Lahan
gambut sangat luas umumnya menempati depresi luas yang menyebar diantara aliran
bawah sungai besar dekat muara, dimana gerakan naik turunnya air tanah
dipengaruhi pasang surut harian air laut. Jenis pohonnya antara lain ramin ( Gonystylus bancanus), dan jelutung ( Dyera sp).
5.
Vegetasi Dataran Rendah
Vegetasi
yang tumbuh dibawah ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Vegetasi yang
terdapat banyak dijumpai pada ketinggian hampir 0 meter diatas permukaan laut.
Daerah ini banyak terdapat tanah aluvial. Vegetasi tanah aluvial secara umum
merupakan habitat yang subur dan mempunyai keaneragaman jenis yang tinggi.
Jenis pohonnya antara lain pohon belian/ kayu besi (Eusideroxilon zwageri).
6.
Vegetasi Dataran Tinggi
Vegetasi yang tumbuh di ketinggian antara 700 - 1500 m diatas permukaan laut.
Ekosistem pada daerah dataran tinggi dibentuk oleh kondisi lingkungan yang
ekstrem, antara lain suhu malam hari yang sangat rendah, intensitas sinar
matahari yang tinggi pada siang hari namun disertai masa fotosintesa yang
pendek, kabut tebal, curah hujan tinggi, serta kondisi tanah yang buruk.
Tanaman yang tumbuh pada daerah tersebut sifatnya sangat khusus karena harus
bertahan untuk hidup pada kondisi sulit tersebut. Tanaman yang dapat tumbuh di
daerah dataran tinggi diantaranya : cemara (tumbuhan berdaun jarum), ketela
pohon, ubi jalar, kopi, cokelat, dan sebagainya.
7.
Vegetasi Pegunungan
Vegetasi yang tumbuh diketinggian antara 1500 - 2500 m di atas
permukaan laut. Terdapat di bukit-bukit yang lebih rendah atau di lereng
gunung. Salah satunya adalah tanaman teh dan bunga Eidelweis. Teh dihasilkan
oleh perkebunan besar dan perkebunan rakyat, di daerah pegunungan yang subur
dan banyak turun hujan. Selain itu tanaman kopi juga dapat tumbuh di daerah
pegunungan. Tanaman tembakau dapat juga tumbuh di daerah ini namun hanya dapat
pada musim kemarau.
B. Klasifkasi
Komunitas Tumbuhan
Komunitas vegetasi diklasifikasikan dalam beberapa cara menurut kepentingan
dan tujuannya. Pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan:
1.
Fisiognomi :
merupakan kenampakan umum komunitas tumbuhan. Komunitas tumbuhan yang besar dan
menempati suatu habitat yang luas diklasifikasikan ke dalam komponen komunitas
sebagai dasar fisiognominya. Komponen komunitas yang menjadi dasar fisiognomi
ini ialah yang berada dalam bentuk dominan. Sebagai contoh : Komunitas hutan,
padang rumput, stepa, tundra , dan sebagainya.
2.
Habitat:
Karena komunitas sering dinamik dengan kekhasan habitat maka habitat ini
digunakan menjadi dasar pembagian komunitas. Pada umumnya dikaitkan dengan
kandungan air tanah pada habitat yang bersangkutan. Pembagian itu antara lain :
a.
Komunitas
lahan basah
b.
Komunitas
lahan agak basah
c.
Komunitas
lahan mesofit
d.
Komunitas
lahan agak kering
e.
Komunitas
lahan kering
3.
Komposisi
dan Dominasi Spesies : Disini komunitas tumbuhan yang besar dibagi kedalam
bagian-bagian yang kecil dengan dasar komposisi dan dominasi spesies.
Klasifikasi seperti ini memerlukan isi spesies dalam komunitas itu
frekuensinya, dominasinya dan lamanya spesies itu berada (fideling/kesetiaan).
Komunitas diberi nama dengan spesies yang dominan atau yang memperlihatkan
frekuensi tinggi, misalnya: Betula-Rhododendron-Magnolia assosiasi,
Kruing-Kamper-Meranti-Jati.
Menurut
Clements vegetasi dapat dianalisa ke dalam unit kelas-kelas berikut dalam urutan
yang turun :
1.
Formasi
Menurut Clements unit vegetasi terbesar adalah formasi tumbuhan. Formasi
tumbuhan merupakan unit vegetasi yang besar disuatu wilayah yang ditunjukkan
oleh beberapa bentuk pertumbuhan yang dominan, misalnya hutan ditunjukkan
dengan pohon-pohon.
Whittaker berpendapat bahwa formasi pertumbuhan tidak tegas dan nyata bahwa
unit vegetasi ditentukan hanya oleh iklim, tetapi merupakan pengelompokkan
komunitas secara abstrak dengan fisiognomi dan saling berhubungan dengan
lingkungan.
2.
Assosiasi
Assosiasi adalah vegetasi regional, dalam formasi ini merupakan klimaks sub
iklim dalam formasi umum. Sekarang konsep assosiasi ini sudah tidak dipakai
lagi dan menempatkan komunitas kontinum yang populer.
3.
Fasiasi
(Faciation)
Setiap Fasiasi dapat dihuni oleh 2 atau lebih dominan, tetapi jumlah total
dominan dalam fasiasi akan kurang atau lebih kecil daripada assosiasi.
4.
Konsosiasi
(Consociation)
Konsosiasi merupakan unit komunitas yang lebih kecil dengan dominan tunggal
dan masih mempunyai bentuk pertumbuhan yang mencirikan formasi.
5.
Sosiasi
Assosiasi dan konsosiasi dapat dianalisis lebih jauh kedalam beberapa
komunitas kecil (unit) yang di bawah pengaruh langsung variasi habitat lokal
komunitas. Ini didominasi oleh satu atau dua spesies lain dari dominan pada
assosiasi dan konsosiasi. Unit yang lebih kecil disebut sosiasi.
6.
Clans
(klans)
Dalam setiap sosiasi dapat ditentukan dua atau lebih unit klimaks yang
terkecil, ini yang disebut Clans. Setiap clans merupakan agredasi kecil satu
individu tetapi sangat lokal dab spesies dominan yang tertutup.
Whittaker mengemukakan bahwa ada 3 konsep yang dapat diterapkan dalam
mengamati pola komunitas.
a.
Gradasi
komunitas, yaitu konsep yang dinyatakan dalam bentuk populasi.
b.
Gradasi
lingkungan, yang menyangkut sejumlah faktor lingkungan yang berubah secara
bersama – sama.
c.
Gradasi
ekosistem, dalam hal ini komleks gradasi dan gradasi komunitas membentuk suatu
kesatuan dan membentuk gradasi komunitas dan lingkungan.
C.
Analisis Vegetasi
Para pakar ekologi
memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem, yang dapat
menggambarkan pengaruh dari kondisi – kondisi factor lingkungan dari sejarah
dan factor – factor itu mudah di ukur dan nyata. Dengan demikian analisis
vegetasi secara hati – hati dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan informasi
yang berguna tentang komponen komponen lainnya dari suatu ekosistem. Ada dua
fase dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendeskrisipkan dan menganalisa, yang
masing – masing menghasilkan berbagai konsep pendekatan yang berlainan. Metode
manapun yang dipilih yang penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan
kajian, luas atau sempitnya yang ingin di ungkapkan, keahlian dari bidang
botani dari pelaksana(dalam hal ini adalah pengetahuan dalam sistematik), dan
variasi vegetasai secara alami itu sendiri.
Beberapa
Metode Analisis Vegetasi
Dalam ilmu vegetasi telah
dikembangakan berbagai metode untuk menganalisis dan juga sintesis sehingga
akan sangat membantu dalam mendeskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
tujuannya. Dalam hal metodologi ini sanagt berkembang sangat pesat sesuai
dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tidak lupa pula
diperhitungkan berbagai kendala yang ada. Secara garis besar metode analisis
dalam ilmu vegetasi dapat dikelompokkan dalam dua macam:
1.
Metode
destruktif
Metode ini biasanya dilakukan untuk memahami jumlah
materi organic yang dapat dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan. Variable
yang digunakan bisa berupa produktivitas primer, maupun biomassa (jumlah total
benda hidup dalam populasi tertentu organisme). Dengan demikian dalam
pendekatan selalu harus digunakan penuaian atau berarti melakukan perusakan
terhadap vegetasi tersebut. Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk – bentuk
vegetasi yang sederhana, dengan ukuran luas pencuplikan antara satu meter
persegi sampai lima meter persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar
materi hidup atau berat keringnya. Metode ini sangat membantu dalam menentukan
kualitas suatu padang rumput terbuka dikaitkan dengan usaha pencarian lahan
pengembalaan dan sekaligus menentukan kapasitas tampungnya. Pendekatan yang
terbaik untuk metode ini adalah secara floristika, yaitu didasarkan pada
pengetahuan taksonomi tumbuhan.
2.
Metode
non destruktif
Metode ini dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan,
yaitu berdasarkan penelaahan organism hidup atau tumbuhan tidak didasarkan pada
taksonominya, sehingga dikenal dengan pendekatan non floristika. Pendekatan
lainnya adalah didasarkan pada penelaahan organisme tumbuhan secara taksonomi
atau pendekatan floristika.
3.
Metode
non destruktif non floristika
Metode non-floristiaka telah dikembangkan oleh banyak pakar vegetasi.
Seperti Du Rietz (1931), Raunkiaer (1934), dan Dansereau (1951). Yang kemudian
diekspresiakan oleh Eiten (1968) dan Unesco (1973). Danserau membagi dunia
tumbuhan berdasarkan berbagai hal, yaitu bentuk hidup, ukuran, fungsi daun,
bentuk dan ukuran daun, tekstur daun, dan penutupan. Untuk setiap
karakteristika di bagi-bagi lagi dalam sifat yang kebih rinci, yang
pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf dan gambar. Bentuk hidup
metode ini, klasifikasi bentuk vegetasi, biasanya dipergunakan dalam pembuatan
peta vegetasi dengan skalakecil sampai sedang, dengan tujuan untuk
menggambarkan penyebaran vegetasi berdasarkan penutupannya, dan juga masukan
bagi disiplin ilmu yang lainnya. Untuk
memahami metode non floristika ini sebaiknya kita kaji dasar-dasar pemiokiran
dari beberapa pakar tadi. Pada prinsipnya mereka berusaha mengungkapkan
vegetasi berdasarkan bentuk hidupnya, jadi pembagian dunia tumbuhan secara
taksonomi sama sekali di abaikan, mereka membuat klasifikasi tersendiri dengan
dasar-dasar tertentu.
4.
Metode
non destruktif floristika
Metode ini dapat menentukan kekayaan floristika atau
keanekaragaman dari berbagai bentuk vegetasi. Penelaahan dilakukan terhadap
semua populasi spesies pembentuk masyarakat tumbuhan tersebut, jadi dalam hal
ini pemahaman dari setiap jenis tumbuhan secara taksonomi adalah mutlak
diperlukan. Dalam pelaksaannya sangat ditunjang dengan variable-variabel yang
diperlukan untuk menggambarkan baik struktur maupun komposisi vegetasi
Menurut para pakar, analisis komunitas
dari tumbuhan dibagi menjadi dua teknik analisi, antara lain :
1.
Analisis
kualitatif komunitas tumbuhan
a.
Komposisi
floristik / anggota spesies komunitas
Studi
ini ialah pada spesies dari komunitas yang dianggap penting. Ini dapat
dilakukan dengan koleksi yang periodik kemudian di identifikasi dengan waktu
sepanjang tahun.
b.
Stratifikasi
Terjadi
akibat terjadinya persaingan suatu jenis tertentu akan lebih dominan dari yang
lainnya sehingga membentuk struktur vertikal disamping akibat perbedaan umur
dan jenis vegetasi yang ditentukan berdasarkan tinggi vegetasi.
c.
Bentuk
pertumbuhan
Sebagian
besar kenampakan umum dan pertambahan spesies dalam komunitas dikelompokkan ke
dalam klas bentuk pertumbuhan yang berbeda. Berdasarkan nilai persentase
perbedaan klas bentuk pertumbuhan, habitat alami yang nyata dari komunitas
dapat diketahui.
d.
Sosiabilitas
Menggambarkan
keberadaan suatu spesies pada ruang yang ditempatinya.
Dalam
komunitas tumbuhan, spesies secara individu tidak selamanya tersebar. Individu
beberapa spesies tumbuhan dengan jarak yang lebar, sedang beberapa yang lain
terdapat dalam bentuk rumpun atau menutup lahan. Beberapa individu spesies jika
tumbuhan dalam rumpun akan baik dan mereka cenderung mengadakan kompetisi yang hebat sehingga tidak dapat membentuk
populasi yang besar. Berdasarkan itu meka dapat dikelompokkan dalam klas-klas:
Klas
1 : Pohon tumbuh individual (singly)
Klas
2 :Kelompok tersebar atau ikatan terbuka
Klas
3 : Menutup tanah dengan anak yang kecil dan terpencar
Klas
4 : Menutup tanah lebih luas lagi
Klas
5 : Seluruh lahan tertutup oleh lapisan vegetasi
e.
Assosiasi
antarspesifik
Jika
vegetasi mempunyai sampai dua spesies yang berbeda atau lebih dekat satu sama
lain, mereka membentuk sebagai komunitas tipe asosiasi – asosiasi antar spesies
ini dapat terjadi pada beberapa kemungkinan :
1) Spesies – spesies dapat hidup dalam
lingkungan yang sama
2) Spesies –spesies mungkin mempunyai
distribusi geografi yang sama
3) Spesies – spesies mempunyai bentuk
pertumbuhan yang berlainan (sehingga memperkecil kompetisi)
4) Tumbuhan atau spesies yang lain saling
berinteraksi yang menguntungkan salah satu atau keduanya, assosiasi ini mudah
dilihat di lapang.
f.
Vitalitas
Menggambarkan
tingkat kesuburan suatu spesies dalam perkembanganya sebagai respon terhadap
lingkungan. Diperlukan untuk mengetahui keberhasilan hidup suatu spesies.
g.
Periodesitas
Periodesitas
menyatakan keadaan yang ritmis dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan. Keadaan ini
dinyatakan dengan adanya daun, tunas, bunga, buah dan daun yang melakukan
fotosintetis (atau tidak berdaun).
2.
Analisis
kuantitatif komunitas
Untuk
analisis ada beberapa metode pengambilan sampel, yaitu:
a.
Metode
kuadrat (Quadrat methode)
Menurut
Weaver dan Clements kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai ukuran.
Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang, atau lingkaran.
Metode
kuadrat juga ada beberapa jenis :
1.
Liat
Quadrat : spesies diluar petak sampel dicatat.
2.
Count
/ list count quadrat : metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies
yang ada beberapa batang dari masing – masing spesies di dalam petak. Jadi
merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang di selidiki.
3.
Cover
quadrat (basal area kuadrat) : metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa
area yang di perlukan tiap – tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi
di suatu daerah.
4.
Chart
quadrat : penggambaran letak / bentuk tumbuhan disebut pantograf. Metode ini
berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi – tepi vegetasi dan menentukan
letak tiap – tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat.
D.
Pemetaan Vegetasi
1. Metode Pemetaan Vegetasi
Dalam mempelajari suatu komunitas
tumbuhan sering diperlukan satu gambaran mengenai penyebaran dari suatu
vegetasi jenis tertentu di suatu daerah. Berikut beberapa metode pemetaan
vegetasi secara sederhana:
a. Pemetaan Komunitas Tumbuhan Dari Satu
Titik Konstan
Pada metode ini kita harus menentukan
suatu titik atau tempat yang berkedudukan sedemikian rupa sehingga area
vegetasi dapat terlihat. Titik ini dipakai sebagai titik konstan dari mana arah
dan jarak titik-titik lainnya akan ditentukan. Kemudian menentukan titik-titik
pada batas luar vegetasi dengan kedudukan sedemikian rupa sehingga memberikan
gambaran dari bentuk dan penyebaran vegetasi. Selanjutnya menentukan kedudukan
titik-titik ini terhadap titik yang konstan tadi dengan kompas dan mengukur
jarak dari titik-titik pada vegetasi ke titik konstan.
b. Pemetaan Daerah Dengan Mencari Jarak
dan Sudut
Pada metode ini kita harus menyusun
titik-titik pada daerah yang hendak dibuat petanya. Susunan titik-titik ini
memberikan gambaran bentuk dari daerah tersebut. Kemudian menghitung jarak
antara satu titik terhadap titik lainnya
yang berdekatan, selanjutnya menentukan pula dengan kompas kedudukan antar
titik-titik yang berdekatan tadi.
2. Berdasarkan Pengindraan Jauh
Pengindraan jauh adalah mengamati dan
mengukur objek tanpa menyentuh. Dalam ilmu lingkungan mengacu pada pemakaian
sensor yang mendetect radiasi mikromagnetik yang dipantulkan dari vegetasi dan
permukaan tanah.
3. Berdasarkan Ordinasi
Pola komunitas dianalisis dengan
metode ordinasi yang menurut Mueller Dombois dan Elenberg (1974) pegambilan
sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subjektif
atau faktor gradien tertentu. Untuk memperoleh informasi vegetasi secara
objektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve)
berdasarkan koefisien ketidaksamaan. Variasi dalam releve merupakan dasar untuk
mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam
bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa
mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya kan mempunyai posisi yang
saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan.
Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis-jenis
dengan perubahan faktor lingkungan.
4. Berdasarkan Ordinasi Polar
Metode ordinasi polar yang paling awal
dan sederhana melibatkan perhitungan yang tidak begitu rumit. Langkah pertama
membentuk matriks nilai CC (koefisien komunitas) semua pasangan stand. Langkah
kedua pembentukan matriks disimilaritas pasangan stand mempunyai indeks
difference. Langkah ketiga adalah memindahkan nilai ID ke sebuah titik. Ada
beberapa cara untuk transfer tersebut, dan beberapa memakai komputer. Yang
paling sederhana adalah dengan ordinasi polar yaitu dengan memiliki dua stand
acuan pertama A da kedua B yang paling berbeda sebagai kutub pada aksi horizontal.
Kesimpulan
1.
Klasifikasi
vegetasi ada tujuh macam, diantaranya adalah vegetasi pantai, vegetai payau,
vegetasi mangrove, vegetasi dataran rendah, vegetasi dataran tinggi, vegetasi
pegunungan, dan vegetasi gambut.
2.
Komunitas
vegetasi diklasifikasikan dalam beberapa cara menurut kepentingan dan tujuannya
berdasarkan: fisiognomi, habitat, dan komposisi dan dominasi spesies.
3.
Beberapa
Metode Analisis Vegetasi yaitu metode
destruktif, metode non destruktif, metode non destruktif non floristika, metode
non destruktif floristika.
4.
Pemetaan
Vegetasi terdiri atas :
a) Metode
Pemetaan Vegetasi
b) Berdasarkan Pengindraan Jauh
c) Berdasarkan Ordinasi
d) Berdasarkan Ordinasi Polar
DAFTAR PUSTAKA
Lumowa, Sonja V.T. 2012. Ekologi Tumbuhan. Universitas Mulawarman; Samarinda
http://id.wikipedia.org/wiki/vegetasi.html
http://
gunztoro.blogspot.com/2009/01/klasifikasi-vegetasi.html
http://budisma.web.id/materi/...x.../macam-macam-vegetasi-dan-ciri-cirinya.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan comentar, kritik dan saran agar blog ini bisa lebih baik lagi...!