Blog Biology

Senin, 21 Mei 2012

KERAPATAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI DI HUTAN BUKIT BANGKIRAI


LAPORAN
EKOLOGI TUMBUHAN
“KERAPATAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI
DI HUTAN BUKIT BANGKIRAI”
                                              





DISUSUN OLEH :
NAMA    : EDWAR EDI HARDADI
NIM         : 0905015047
KELAS   : PEND. BIOLOGI/ REG. PAGI B


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITA MULAWARMAN
SAMARINDA
2012



KERAPATAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI
DI HUTAN BUKIT BANGKIRAI

A.    Tujuan
Untuk mengetahui kerapatan tumbuhan tingkat tinggi di hutan Bukit Bangkirai dengan metode kuadran.
B.     Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal         : Minggu, 29 April 2012
Waktu                   : Pukul 07.00 WITA sampai selesai
Tempat                  : Bukit Bangkirai Kecamatan Samboja, KAB. KUKAR
C.    Dasar Teori
Ekologi merupakan ilmu yang ada lebih dari 100 tahun lalu yang diciptakan oleh seorang zoologist dan seorang ekologiawan berkebangsaan jerman yang bernama Ernest Haekel. Kata ekologi berasal dari kata oikos yang artinya rumah, dan logos yang artinya ilmu. Sehingga secara harafiah dapat diartikan sebagai kajian mengenai mahluk hidup di dalam habitat atau dalam lingkungan mereka. Pengkajian pada tingkat hirarkhi makluk hidup disamping memerlukan dukungan dan bantuan dari ilmu lain juga perkembangan tekologi serta alat, tidak terkecuali dengan ekologi tumbuhan yang sangat terkait dengan perkembangan ilmu morphologi tumbuhan dan klasifikasi tumbuhalam serta alat yang dipergunakan untuk kajian lebih dalam.
Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba.
Ekologi tumbuhan adalah kajian pada tingkatan hirarkhi organisme dan populasi, serta ekosistem yang ditempati, berkaitan dengan kondisi tersebut maka kajian dimulai dari pengenalan tanaman, analisis berdasarkan parameter ekologi yang digunakan, dimulai dari tingkatan yang paling luas yang menutup permukaan bumi yang disebut sebagai vegetasi. Jadi, ekologi tumbuhan, dapat didefinisikan sebagai ilmu yg mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup (Tumbuhan) dengan lingkungan atau ilmu yg mempelajari hub ungan timbal balik antara t umbuhan yang satu dengan yang lain serta lingkungannya .
    1.  Vegetasi
Vegetasi adalah semua spesies tumbuhan yang terdapat dalam suatu wilayah yang luas, yang memperlihatkan pola distribusi menurut ruang dan waktu. Tumbuhan penutup permukaan bumi merupakan vegetasi yang dapat berbeda dalam ruang dan waktu untuk komponen spesies penyusunnya.
Jika suatu wilayah berukuran besar/luas, vegetasinya terdiri atas beberapa bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang menonjol, sehingga terdapat berbagai tipe vegetasi. Tiap tipe vegetasi dicirikan oleh bentuk pertumbuhan ( growth form atau life form ) tumbuhan dominan atau tumbuhan paling banyak, terbesar dan tumbuhan yang berkarakteristik. Contoh bentuk tumbuhan yang termasuk herba tahunan misalnya , pohon selalu hijau berdaun lebar, semak yang meranggas pada waktu kering, tumbuhan dengan umbi atau rhizome, tumbuhan selalu hijau berdaun jarum, rumput menahun dan lain-lain.
a.       Bentuk pertumbuhan
Bentuk pertumbuhan dapat termasuk suatu hal berikut, tergantung pada konteksnya.
1)      Ukuran: lama hidup, kerasnya kayu, atau takson, contoh adalah : herba anual, perenial, perenial berkayu, pohon ataupun pohon merambat.
2)       Derajad kebebasan suatu takson: contoh adalah tumbuhan hijau yang berakar dalam tanah, parasit,saprophite atau epipit.
3)      Morphologi takson: misalnya batang suculent (jaringan tebal dan lunak), daun suculent, bentuk roset, berduri, berambut.
4)       Sifat daun takson: Midalnya besar, kecil, kaku, selalu hijau, meranggas pada waktu musim kering, bentuk daun jarum, atau bentuk daun lebar.
5)      Phenologi, fenologi adalah waktu kejadian daur hidup dalam kaitannya dengan isyarat lingkungan seperti menggugurkan daun, bertunas, berbunga
6)       Lokasi kuncup kala buruk (perenating) seperti yang ditetapkan oleh raunkier  pada tahun 1934.
     2.  Persebaran Tumbuhan
Pemencaran atau penyebaran pada tumbuhan erat kaitannya dengan reproduksi karena yang dipencarkan umumnya ad alat reproduksi tumbuhan, misalnya buah dan biji. Suatu jenis tumbuhan dapat tersebar atau terdistribusi pada daerah yang luas karena tumbuhan tersebut mampu memencarkan diri. Daerah tempat penyebaran suatu jenis tumbuhan disebut daerah distribusi. Pemencaran atau penyebaran pada tumbuhan berfungsi untuk memperluas daerah distribusinya dan untuk mengurangi persaingan untuk mendapatkan cahaya dan air diantara sesame anggota suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan luasnya area atau daerah distribusi, tumbuhan dibedakan menjadi tumbuhan kosmopolit dan tumbuhan endemik.
a.       Distribusi tumbuhan
Ada tiga kategori persebaran tumbuhan yang ada yaitu kosmopolot, endemik, dan diskontinyu ( terputus-putus ).
1)      Tumbuhan kosmopolit.
Tumbuhan kosmopolot merupakan tumbuhan yang memiliki area perrsebaran hampir seluruh daerah didunia. Salah satunya adalah distribusi dari family tumbuhan zingiberaceae yang hampir terdapat dapa seluruh daerah beriklim tropis.
2)      Endemik
 Merupakan persebaran yang hanya ada di satu tempat saja (terbatas) Salah satu contoh tumbuhan endemik adalah bungan raflesia arnoldi yang secra alami hanya ditemukan didaerah pegunungan dari provinsi bengkulu.
3)      Tumbuhan diskontinyu
Kelompok tumbuhan yang memiliki prsebaran diskontiyu adalah tumbuh-tumbuhn yang sebenarnya berhubungan secara kerabat akan tetapi terpisah pada lokasi yang sangat jauh secara geografik. Penyebab tumbuhan memiliki distribusi yang diskontinyu adalah adanya fragmentasi area dan habita serta adanya mekanisme dispresal. Salah satu contoh tumbuhan diskontinyu adalah notofagus yang terdapat di afrika selatan dan australia–papua-selanida baru.
   3.  Spesies Taksonomi
Yang dimaksud dengan dengan spesies taksonomi adalah spesis yang terdiri dari sejumlah populasi yang memiliki kesamaan morfologi dan ekologi yang mungkin dapat atau tidak dapat saling kawin, tetapi secara reproduksi terpisah dari kelompok itu. Dalam defenisi ini dikombinasikan 3 aspek.
a.       Perwujudan luar (morfologi).
b.       Tingkah laku kawin.
c.        Perbedaan habitat.
Para pakar taksonomi biasanya tidak terlalu menekankan aspek ketiga, tetapi lebih menekankan baspek pertama, meskipun secara terbatas sebagai indikator lingkungan.
   4.  Spesies Ekologi
Pakar ekologi tumbuh-tumbuhan ingin menggunakan spesies sebagai alat alternatif untuk memahami ekosistem. Bilamana kebutuhan spesies dapat dipahami, sumber dayanya diketahui, maka keberadaan spesies tersebut dengan sifat-sifatnya dapat dipergunakan untuk memperkirakan kondisi lingkungan, seperti kondisi tanah, nutrisi, intensitas sinar, adanya gangguan, adanya tanaman atau hewan lain yang berinteraksi dengan spesies tersebut.
   5.  Ekotipe
Kata “Ekotipe” pertama kali diusulkan oleh seorang ahli ekolog bangsa Swedia bersama Turesson (1922). Beliau mengadakan percobaan terhadap beberapa spesies tanaman yang ditanam pada berbagai keadaan lingkungan yang berbeda. Ternyata masing-masing spesies yang sama akan memperlihatkan sifat-sifat morfologis yang berbeda sehubungan dengan adanya perbedaan  lingkungan (Wilsie, 1962).
Berdasarkan hal-hal tersebut, Daubenmire (1959) membedakan respon tanaman terhadap faktor lingkungan yaitu:
a.  Ekofen (Ecophenes)
b.  Ekotipe (Ecotypes)
Ekofen: dengan sinonim habitat form dan epharmone yaitu perubahan yang diberikan oleh tanaman sehubungan dengan perubahan habitat. Perubahan-perubahan yang jelas terlihat adalah jumlah kekeran batang, kevigoran bagian-bagian organ reproduktif. Walaupun demikian respon yang diberikan merupakan respon genetik homogen.
Ekotipe: dengan sinonim eccologie races atau physiologic races yaitu tipe-tipe spesies yang diperlihatkan terhadap suatu perubahan keadaan lingkungan secara keseluruhan. Terlihat adanya perubahan-perubahan morfologis dan fisiologis dengan respon genetik yang bervariasi sesuai dengan perubahan lingkungan tersebut.
Definisi lain dikemukakan oleh Sterbbins (cit. Odum, 1961; Wilsie, 1962) yang menyatakan bahwa ekotipe adalah kumpulan organisme yang mempunyai susunan genotipe sama, baik heterozygot maupun homozygot dan beradaptasi pada niche tertentu.
Linnaeus dan pakar taksonomi sesudahnya menyadari  bahwa spesies itu tidaklah homogen: anggota tubuhnya berbeda dalam ketinggian, ukuran dan waktu berbunga, atau sifat-sifat lainnya dapat berubah karena intensitas cahaya, ketinggian lintang, ketinggian tempat atau sifat-sifat tempat lainnya.
Melalui eksperimen yang dilakukan oleh Gote Turesson pada awal abad dua puluh menyatakan bahwa banyak variasi pada spesies menurun daya  menunjukan adaptasi terhadap lingkungan tertentu. Dia menanam spesies tumbuhan  tertentu yang diambil dari berbagai negara di Eropa dengan berbagai kondisi lingkungan dan berbagai perwujudan di suatu kebun percobaan. Tureson menyebutnya sebagai ekotipe. Ekotipe adalah sebagai hasil dari respon genetis populasi erhadap habitat.
Konsep ekotipe ini penting karna menekankan heterogenitas genetis dari spesies taksonomi dan pengaruh lingkungan lokal terhadap morfologi,dan tingkah laku. Konsep ekotipe tidak lagi diskrit dan berbeda satu dengan yang lain seperti dalam spesies.

D.    Alat dan Bahan
           1.      Alat tulis
           2.      Termometer
           3.      PH stick
           4.      Meteran
           5.      Patok 4 buah
           6.      Tali rafia

E.     Prosedur Kerja
           1.      Ditentukan suatu areal tipe vegetasi yang akan menjadi objek untuk dianalisis
           2.      Dibuat plot dengan ukuran 10x10 meter
           3.      Didalam setiap plot dicatat nama dan jumlah setiap jenis individu yang ada.

F.     Hasil Pengamatan
Hasil pengematan di bukit Bangkirai
Plot : 10x10
Nama Tumbuhan
Jumlah tanaman dalam plot
1.      Kruing
2.      Durian ( durio sp)
3.      Bangkirai
4.      Ulin
5.      Macaranga sp
6.      Kayu raja ( calamus calcius)
7.      Aglaya sp
8.      Gaharu
9.      Catylelobium sp
10.  meranti
5 pohon
8 pohon
2 pohon
1 pohon
1 phon
1 pohon
3 pohon
2 pohon
2 pohon
3 pohon
Jumlah
28 pohon



G.    Pembahasan
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan tumbuhan tingkat tinggi dengan metode kuadran di hutan Bukit Bangkirai, terdapat berbagai macam tumbuhan tingkat tinggi yang ada disana. Metode yang kami gunakan adalah metode Kuadran, metode ini pada umumnya dilakukan jika hanya vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Cara kuadran ini memiliki keunggulan yaitu terlanjur lebih muda dan sederhana.
Plot yang kami buat untuk melakukan praktikum berukuran 10x10 meter dan berada pada kemiringan sekitar 450 atau masuk dalam kategori curam. Hal ini memerlukan kehati-hatian dari masing-masing peserta praktikum agar tidak sampai jatuh. Pada saat itu kami juga mengamati keadaan tanah (dalam proses praktikum konservasi sumberdaya alam) pada plot yang kami pilih termasuk dalam tanah podsolik atau merah kuning, dengan kelembaban 70 %, hal ini mendukung pertumbuhan spesies tumbuhan yang hidup di situ. Dengan pH 5 tanah pada plot ini juga pendukung proses kehidupan.
Adapun tanaman yang berada didalam plot yang kami buat yaitu pohon kruing dengan jumlah spesies 5 pohon, pohon durian sebanyak 8 pohon, pohon bangkirai sebanyak 2 pohon, pohon ulin sebanyak 1 pohon, sarta 1 pohon macarangan sp, kayu raja atau calamus calcius sebnyak 1 pohon, 3 phon aglaya, cotylelobium sp sebanyak 2 pohon serta 23 pohon meranti. Jadi jumlah semua tumbuhan yang ada di dalam plot yang kami buat adalah 28 pohon dengan 10 jenis tumbuhan tingkat tinggi.




H.    Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
pohon kruing dengan jumlah spesies 5 pohon, pohon durian sebanyak 8 pohon, pohon bangkirai sebanyak 2 pohon, pohon ulin sebanyak 1 pohon, sarta 1 pohon macarangan sp, kayu raja atau calamus calcius sebnyak 1 pohon, 3 phon aglaya, cotylelobium sp sebanyak 2 pohon serta 23 pohon meranti. Jadi jumlah semua tumbuhan yang ada di dalam plot yang kami buat adalah 28 pohon dengan 10 jenis tumbuhan tingkat tinggi.

 

DAFTAR PUSTAKA

Hardjosuwarn, Sunarto. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Fakultas Biologi UGM: Yogyakarta.
Lumowa, Sonja V.T. 2012. Ekologi Tumbuhan. Universitas Mulawarman; Samarinda
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung
http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-bagaimana-mempelajari-analisa-vegetasi Di akses pada:  3 mei 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan comentar, kritik dan saran agar blog ini bisa lebih baik lagi...!

Test IQ