Blog Biology

Senin, 09 April 2012

RISET EKOTIPE PADA LEVEL FISIOLOGI

EKOLOGI TUMBUHAN
“RISET EKOTIPE PADA LEVEL FISIOLOGI”










DISUSUN OLEH :
NAMA     : EDWAR EDI HARDADI
NIM    : 0905015047
KELAS    : PEND. BIOLOGI/ REG. PAGI B





 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITA MULAWARMAN
SAMARINDA
2012




Topik         : RISET EKOTIPE PADA LEVEL FISIOLOGI
Tenggal  : Senin, 10 Maret 2012
Materi     :
RISET EKOTIPE PADA LEVEL FISIOLOGI
Kata “Ekotipe” pertama kali diusulkan oleh seorang ahli ekolog bangsa Swedia bersama Turesson (1922). Beliau mengadakan percobaan terhadap beberapa spesies tanaman yang ditanam pada berbagai keadaan lingkungan yang berbeda. Ternyata masing-masing spesies yang sama akan memperlihatkan sifat-sifat morfologis yang berbeda sehubungan dengan adanya perbedaan  lingkungan (Wilsie, 1962).
JENIS-JENIS EKOTIPE
1. Ekotype Typha Latifolia
Typha Latifolia merupakan spesies Cattail yang tersebar luas di hemisphere utara. Adapun percobaan yang dilakukan oleh Manughton pada tahun 1966, dengan mengumpulkan berbagai macam rimpang dorman dari berbagai habitat, kemudian dia menempatkan rimpang tersebut dalam pot dan menempatkannya pada rumah kaca dengan suhu yang diaturnya 300 - 250 siang dan malam. Sehingga rimpang ini mematahkan dormansi dan menghasilkan tunas dan tumbuh dalam waktu 3 bulan. Salah satu contoh tanaman dari Ekotype Typha Latifolia adalah L. TYPHACEAE. L. TYPHACEAE merupakan tanaman rawa yang tinggi 1 sampai 2 m. Daun 1-2 cm lebar, datar, panjang, linier.   
2. Ekotype Sintanion Hystrix
Respirasi juga berpengaruh terhadap perbedaan elevasi pada level enzimatis. Klikoff (1966), memperlihatkan populasi rumput Sintanion Hystrix dari elevasi yang berbeda di Sierra Nevada. Mitokondria yang terisolir menunjukkan laju oksidatif yang tinggi pada suhu rendah dengan penambahan elevasi pada tumbuhan induk.
3. Ekotype Salidago Vigaurea
Pada ekotipe ini spesies dibedakan dalam ;
a.  Ekotipe matahari, yaitu tumbuhan yang  berkecambah dan hidup pada tempat terbuka. Ekotipe matahari memiliki titik saturasi cahaya yang lebih tinggi dan memperlihatkan laju fotosintesis yang lebih tinggi pada titik saturasi tersebut.
b. Ekotipe naungan, yaitu spesies yang berkembang dibawah tumbuhan lain. Ekotipe naungan memiliki sifat kebalikan dari ekotipe matahari, yaitu hidup pada tempat tertutup dan tidak berkecambah. Perbedaan antara ekotipe matahari dengan ekotipe naungan terletak pada daunnya, pada daun ekotipe matahari dapat menyerap lebih banyak cahaya matahari dan memiliki konsentrasi klorofil yang lebih tinggi.
C.    Aklimasi
Aklimasi adalah perubahan plastis,temporer dalam organisme yang disebabkan oleh suatu lingkungan yang sudah ada pada masa lampau. Billings (1971), mengadakan percobaan yang menyajikan contoh yang lebuh baik dalam aklimasi. Percobaan tersebut menggunakan biji sorrel alpin yang dikumpulkan dari daerah yang berbeda yang dikecambahkan dan ditumbuhkan dalam rumah kaca dengan suhu yang selama 4 bulan. Kemudian dibagi ke dalam 3 lingkungan ruangan pertumbuhan. Dengan suhu hangat 32/210C siang maupun malam. Dalam suhu medium 21/100C, suhu dingin 12/40C. Setelah 5 – 6 bulan dalam ruangan diulangi setiap koleksi diukur untuk fotosintesis yang bersih pada kisaran suhu dari 10-430C dan pada suhu optimum untuk fotosintesis tersebut. Hal ini menghasilkan dan menunjukkan bahwa wakil ekotipe arktik dan alpin yang memiliki kapasitas aklimasi yang berbeda.
STRUKTUR POPULASI DAN DEMOGRAFI TUMBUHAN
Densitas
Densitas adalah jumlah individu suatu spesies per satuan luas (unit area), seperti 300 Acer saccahrum per hektar pada hutan merangas, atau 3.000 Larrea tridentataper hektar di gurun. Densitas diperoleh dengan tidak perlu menghitung setiap individu yang terdapat dalam seluruh area luas untuk sampai pada nilai densitas. Tetapi cukup dengan mengadakan sampling secara acak dengan kuadrat yang mungkin hanya 1 % dari area seluruhnya, dan ini sudah dapat memberi suatu perkiraan densitas yang mendekati kenyataan. Kuadran adalah suatu area yang bentuk dan ukurannya yang diberi batas dalam vegetasi, sehingga penutup (cover) dapat diperkirakan, jumlah tumbuhan dihitung, atau species didaftar.
Pola : Definisi dan Metode
Densitas merupakan ukuran statis. Artinya, itu tidak menyikap masalah interaksi dinamik yang mungkin ada diantara anggota spesies yang sama. Pola atau distribusi menurut ruang (Spatial) 300 Acer saccahrum atau 3000 Larea tridentata per hektar akan memberi informasi tambahan tentang spesies. Jumlah yang sama tumbuhan dalam suatu area dapat disusun dalam tiga pola dasar :
a. acak (random) ; Dalam pola acak lokasi sembarang tumbuhan tidak mempunyai arah dan posisi (bearing) terhadap lokasi lain spesies yang sama.
b. mengelompok (clumped) ; Dalam pola mengelompok (disebut aggregated atau underdispersed), hadirnya satu tumbuhan berarti terdapat kemungkinan besar untuk menemukan lain spesies yang ada di dekatnya.
c. teratur (reguler) ; Dalam pola teratur atau over disversed adalah sama dengan pola pohon dalam suatu perkebunan yang ditanam dengan jarak teratur satu sama lain.
Ada banyak cara mengukur pola :
1. Dengan menggunakan metode acak yaitu jumlah individu spesies A yang berakar dalam tanah dihitung dalam kuadrat dan diringkaskan dalam bentuk tabel.
2. Dengan menggunakan metode jarak (metode tanpa plot) yaitu dapat juga dipakai untuk men-detect pola distribusi. Dalam kasus ini, jarak antara anggota yang berdekatan spesies dihitung.
Demografi Tumbuhan
Demografi tumbuhan adalah kajian perubahan dalam ukuran populasi menurut waktu. Satu pendekatan terhadap demografi tumbuhan adalah dengan memberikan berbagai stadia sejarah hidup ( life history ) suatu tumbuhandan mengkuantifikasikan jumlah yang hadir pada tiap stadia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan comentar, kritik dan saran agar blog ini bisa lebih baik lagi...!

Test IQ