Entomologi Sebagai Ilmu
Pengetahuan
Sifat serangga yang membutuhkan banyak makanan, dan dengan berkembangnya
kebudayaan manusia (keperluan akan lahan, dan lain-lain), serangga seringkali
menyerang tanaman pertanian/perkebunan bahkan hewan ternak. Pada awalnya,
pengelolaan serangga hama banyak dilakukan dengan menggunakan insektisida.
Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan kesadaran manusia akan
lingkungan, konsep pengelolaan hama menuju ke arah pengendalian yang terpadu
atau Pengendalian Hama Terpadu.
Hubungan Serangga dengan
Manusia
Serangga telah ada di muka bumi jauh sebelum
adanya manusia dan hingga saat ini serangga seringkali berkompetisi dengan
manusia, misalnya dalam hal untuk mendapatkan makanan. Dengan demikian banyak
serangga dikatakan sebagai hama. Walaupun demikian banyak juga serangga yang
menguntungkan atau berguna bagi manusia, misalnya sebagai polinator, penghasil
madu, sutera dan lain-lain.
Tubuh Serangga
Tubuh serangga terdiri dari tiga bagian utama
yaitu kepala, thoraks dan abdomen. Kutikula dibangun oleh lapisan epikutikula,
eksokutila dan endokutikula. Kepala dibangun oleh cranium di mana terletak
mulut; antena, dan mata. Thoraks terdiri dari tiga segmen prothoraks;
mesothoraks, dan metathoraks. Pasangan struktur organ reproduksi terdapat pada
bagian abdomen.
Pemeliharaan dan Pergerakan
Tubuh
Untuk mendukung proses kehidupannya, serangga
memerlukan kesetimbangan dalam makan dan pencernaan, pernafasan, peredaran,
ekskresi, syaraf dan reproduksi. Saluran makanan serangga terdiri dari foregut,
midgut dan hindgut. Zat makanan yang diperlukan serangga adalah karbohidrat,
asam amino, lemak, vitamin, kolestrol, air dan mineral. Organ ekskresi serangga
yang penting adalah tubulus Malpighi dan rektum. Serangga mempunyai sistem
peredaran darah terbuka, darah mengalir, dalam homosol. Untuk berespirasi,
serangga menggunakan sistem trakea yang berhubungan dengan spirakel. Obat
serangga dibagi menjadi tiga kategori yaitu visceral, segmental dan apendage.
Yang termasuk gerakan serangga adalah berjalan, merangkak dan terbang.
Organ Peraba, Syaraf, dan
Integrasinya
Organ peraba dibagi atas photoreceptor, chemoreceptor
dan mechanoreceptor. Organ yang terlihat dalam photoreceptor adalah mata dan
mata serangga terbagi dalam dua bentuk, yaitu mata majemuk dan mata sederhana
pada chemoreceptor, syaraf pengecap dan syaraf pembau bekerja untuk
menghasilkan impuls. Bentuk mechanoreceptor dapat berupa trichoid, campaniform
atau placoid. Receptor lain yang juga berperan dalam kehidupan serangga adalah
hygroreceptor dan geomagneticreceptor. Siatem syaraf serangga terbagi menjadi
sistem syaraf pusat dan sistem syaraf visceral. Sistem syaraf pusat dibagi lagi
menjadi supraesophaged ganglion dan subesophageal ganglion. Komponen utama dari
sistem syaraf visceral adalah stomodeal nervous system. Unit dasar dari sistem
geuron motor, dan interneuron. Acetylcholine adalah transmiter kimia yang
penting dalam membawa impuls melewati synapse.
Reproduksi Serangga
Pada sistem reproduksi serangga, organ
reproduksi betina disebut ovary, sedangkan organ reproduksi jantan disebut
testis. Pada kebanyakan serangga, hewan jantan dan betina kawin untuk
memproduksi zygote.
Klasifikasi Serangga
Keluarga besar serangga ( insecta)
dikelompokkan ke dalam 28 ordo yang masing-masing ordo memiliki ciri-ciri unik
yang membedakan anatar mereka. Kelas (class) Insecta terbagi menjadi dua
subkelas (subclass) berdasarkan keberadaan organ sayapnya, yaitu subkelas
Apterygota bagi serangga-serangga yang tidak memiliki sayap dan subkelas
Pterygota bagi serangga-serangga yang memiliki sayap.
Anggota subkelas Apterygota tidak melakukan
metamorfosis dalam perkembangan tumbuh pada siklus hidupnya, sedangkan anggota
kelompok (subkelas) Pterygota biasanya mengalami metamorfosis. Serangga atau
insecta hidup berdekatan dengan manusia, mamalia, burung dan lingkungan
sekitar. Dalam menjalankan peranannya sebagai anggota komponen rantai dan hidup
organisme di alam serangga ada yang merugikan manusia dan ada pula yang
menguntungkan manusia.
Di dalam subkelas Apterygota terdapat lima
ordo dengan ordo yang memiliki jumlah spesies terbanyak yaitu Collembola.
Sedangkan anggota subkelas Pterygota mencakup dua puluh tiga ordo. Ordo
terbanyak dengan jumlah jenis yang diketahui adalah Coleoptera.
Mengkoleksi Serangga Di
mana, Kapan, dan Bagaimana
Mengkoleksi serangga dapat dilakukan untuk
keperluan pengawetan, pemeliharaan ataupun suatu penelitian. Terdapat tiga
jenis jaring yang digunakan untuk menangkap serangga yaitu : 1) jaring udara,
2) jaring ayun, dan 3) jaring perairan.
Untuk mengkoleksi serangga perairan digunakan
beberapa jaring perairan. Untuk mengkoleksi serangga tanah pada serasah, di
kayu mati, liang di tanah, digunakan sekop penggali tanah. Sedangkan serangga
kayu dikoleksi dengan sekop tangan yang selanjutnya dapat menggunakan metode
koleksi serangga tanah.
Embrio, Pasca Embrio dan
Proses Pematangan
Umumnya cara reproduksi serangga adalah
seksual di mana sel telur dan sperma bersatu. Sel telur yang telah di buahi
akan berkembang menjadi embrio melalui tahapan-tahapan yang mirip dengan hewan
lain. Selanjutnya serangga yang baru terbentuk ini dapat keluar melalui cara
oviparous, ovoviviparous, atau viviparous.
Setelah embrio terbentuk, akan terjadi
pertumbuhan dan perkembangan pasca embrio. Beberapa peristiwa unik dan kompleks
yang terjadi adalah eclosin, yaitu peristiwa larva meninggalkan telur; molting,
yaitu lepasnya kulit lama yang merupakan hasil ketidakmampuan kulit serangga
untuk membesar; dan metamorphosis , yaitu proses perkembangan mulai eclosin
sampai menjadi serangga dewasa. Beberapa istilah penting dalam bidang
entomologi adalah generation, brood, stage, stadium, dan instar.
Serangga dewasa yang terbentuk akan dapat
berreproduksi setelah sistem reproduksinya matang. Mencari pasangan adalah
perilaku yang penting yang kemudian dilanjutkan dengan kopulasi inseminasi, dan
oviposisi. Hal-hal tersebut seringkali merupakan spesies spesifik dan berbeda
antara serangga-serangga lainnya.
Model Siklus Hidup
Selain mengalami siklus hidup, serangga juga
mengalami siklus musiman yang dapat dikelompokkan menurut jumlah generasi yang
terjadi dalam satu tahun dan mengacu pada voltinity. Ada tiga tipe voltinity
yaitu univoltine, multivoltine, dan voltine yang tertunda. Serangga juga
mengalami apa yang disebut adaptasi musiman. Beberapa istilah yang sering
digunakan dalam siklus musiman serangga adalah dormancy diapause, supercooling,
dan freezing tolerance.
Secara umum, pada serangga dapat dijumpai
empat model siklus hidup serangga yaitu : tanpa metamorphosis, metamorphosis
bertahap, metamorphosis tidak sempurna, dan metamorphosis sempurna.
Pada model tanpa metamorphosis, tahapan
serangga dapat dibagi menjadi telur, juvenil, dan dewasa; dengan beberapa kali
pergantian kulit pada tahapan juvenil yang mempunyai penampakan yang mirip
dengan dewasa. Model metamorphosis bertahap membedadakan tahapan serangga
menjadi telur, nymph, dan dewasa. Bentuk nymph menyerupai dewasa tetapi tidak
mempunyai sayap yang berkembang penuh dan tidak mempunyai genitalia. Pada
metamorphosis tidak sempurna, tahapan dibedakan menjadi telur, niads, dan
dewasa. Niads dan dewasa mempunyai habitat dan makanan yang berlainan. Sedang
pada metamorphosis sempurna, tahapan dibedakan menjadi telur, larva, pupa, dan
dewasa. Di sini, pada setiap tahapan mempunyai bentuk dan perilaku yang
berlainan.
Serangga dan Perannya
Populasi serangga adalah kelompok individu
serangga yang terdapat pada satu ruang di suatu waktu. Serangga ini berperan
penting dalam menggerakkan energi melalui rantai dan jaring makanan. Populasi
serangga dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu serangga berguna dan serangga
hama. Dalam menghadapi serangga, manusia dituntut untuk bersikap bijaksana
sehingga kehidupan menjadi lestari.
Serangga dan Lingkungan
Ekologi merupakan dasar yang penting dalam
pengelolaan serangga. Dinamika populasi sangat tergantung pada atribut density,
dispersion, mortality, natality, age distribution dan growth form. Pada
ekosistem yang tidak terpelihara, kesetimbangan antar dan inter spesiesnya
serta dengan lingkungan fisiknya akan tercapai. Pada ekosistem yang tidak
setimbang, misalnya agroekosistem, akan banyak tekanan-tekanan yang timbul
sebagai usaha agar kemudian terjadi kesetimbangan.
Dinamika Kehidupan Serangga
Yang mempengaruhi besarnya populasi adalah
density, dispersion, natality, mortality, age distribution, dan growth form.
Ekosistem dan agroekosistem dapat dibedakan sebagai : ekosistem adalah
interaksi populasi dalam komunitas yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan
fisik; sedangkan agroekosistem adalah ekosistem yang dibuat dan dipelihara
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Strategi r dan strategi k adalah
strategi-strategi yang dapat digunakan serangga dalam mempertahankan dinamika
kehidupannya. Perubahan populasi serangga sangat dipengaruhi oleh laju
kelahiran, laju kematian, dan perpindahan serangga.
Sejarah Perkembangan dan Pengembangan
Program PHT
Pengendalian Hama Terpadu adalah suatu metode
dalam pengelolaan atau pengendalian hama menggunakan berbagai kombinasi teknik
yang diketahui dengan tujuan mengurangi tingkat populasi dan status hama ke
dalam tingkat toleransi tertentu sehingga dapat dikendalikan secara alamiah
(dengan musuh alami). Pengendalian ini dilakukan dengan strategi dan taktik PHT
harus pula berdasarkan pada kondisi ekologi, ekonomi dan sosial. Strategi dan
taktik PHT di antaranya adalah strategi tanpa tindakan, mengurangi jumlah
populasi hama, mengurangi kerentanan tanaman terhadap hama serta kombinasi
mengurangi jumlah populasi hama dan mengurangi kerentanan tanaman terhadap
hama.
Pencuplikan, Pemantauan dan
Ambang Ekonomi Dalam PHT
Program pemantauan dan pencuplikan bertujuan
untuk memantau keberadaan suatu spesies serangga hama dan menentukan kerapatan
populasi, penyebaran dan dinamikanya. Kegiatan ini akan berhasil apabila
dilakukan suatu kegiatan yang reguler dan kontinyu. Pada umumnya, program
pencuplikan terdiri dari dua jenis, yaitu : program ekstensif dan program
intensif . Adapun metoda yang dilakukan untuk pencuplikan bisa secara langsung
maupun tak langsung. Keberhasilan program pemantauan dan pencuplikan akan
sangat mendukung penentuan Nilai Ambang Ekonomi dan Ambang Kerusakan Ekonomi.
Nilai-nilai tersebut merupakan salah satu dasar inovasi pengembangan teknologi
pengendalian hama dan pelaksanaan prinsip pengelolaannya.
Sejarah Prinsip dan Batasan
Pengendalian Biologis
Pengendalian biologis adalah salah satu cara
pengendalian hama yang efektif dan telah digunakan sejak dahulu. Derajat
kesuksesan dari satu program ke program yang lain sangatlah bervariasi dan
sangat tergantung pada komponen-komponen yang ada dalam program tersebut.
Pengendalian biologis dapat dikatakan sebagai
fenomena alami, bidang studi, atau teknik aplikasi pengendalian hama yang
melibatkan musuh alami. Musuh alami di sini diharapkan berperan dalam menekan
hama atau spesies yang berperan sebagai hama sehingga kerusakan yang diakibatkannya
berada di bawah ambang ekonomi. Beberapa patogen yang berperan dalam pengaturan
jumlah hama adalah dari golongan virus, bakteri, jamur, protozoa dan nematoda.
Agensia dan Target
Musuh alami dapat berperan sebagai parasit,
predator atau patogen. Parasit adalah organisma yang hidup pada atau dalam
organisma lain yang lebih besar, yaitu inangnya. Predator adalah organisma yang
hidup bebas dan makan organisma lain. Sedangkan patogen adalah mikroorganisma
yang menyebabkan penyakit pada organisma lain. Insektisida mikroba dan
cara-cara bioteknologi merupakan harapan di masa yang akan datang, mengingat
meningkatnya masalah resistensi dan kontaminasi lingkungan oleh insektisida
konvensinal di masa yang lalu.
Metode dan Faktor
Pengendalian Biologis
Para ahli pengendali biologis membagi
cara-cara pengendalian menjadi 3 kelompok yaitu introduksi, augmentasi
(pelepasan inundative dan pelepasan inoculative), dan konversasi. Pada
kenyataannya ketiga hal tersebut dapat saling tumpang tindih.
Agar suatu pengendalian biologis dapat
berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, berbagai faktor yang berhubungan
dengan hal tersebut perlu diperhatikan. Beberapa contoh faktor tersebut,
misalnya pembatas, kekhawatiran, pertentangan dan pentingnya taksonomi dalam
pengendalian biologis. Selain faktor-faktor yang telah disebut di atas, setiap
kegiatan pengendalian tentunya akan mempunyai faktor-faktor lain yang
mempengaruhi yang dapat sama atau dapat berbeda pada setiap kegiatan. Karena
sama serta penggunaan musuh alami yang sama tetapi lokasi dan kebiasaan
penduduk yang berbeda, akan menyebabkan faktor pembatas yang berbeda. Jadi
karena pada umumnya faktor sosial dan ekonomi juga berperan maka pemecahannya
pun dapat multi disiplin dan kompleks.
Hubungan Serangga dan Inang
Serangga fitopagus dan tanaman sejak hadir di
bumi melakukan suatu interaksi dan diduga berevolusi secara bersama. Interaksi
serangga dan tanaman ditandai dengan adanya komunikasi menggunakan senyawa
semiokimia. Salah satu jenis senyawa semiokimia yang penting dalam tanaman
adalah alelokimia. Alelokimia merupakan senyawa hasil aktivitas metabolisme
sekunder yang diekskresikan.
Hubungan antara serangga dan tanaman terjalin
sejak proses pemilihan tanaman sebagai inang serangga. Terdapat lima fase yang
umum diketahui dalam proses ini adalah (1) pencarian habitat tanaman inang, (2)
penemuan tanaman inang, (3) pengenalan tanaman inang, (4) penerimaan sebagai
tanaman inangnya, (5) kesesuaian tanaman sebagai inang. Resistensi dapat
terjadi melalui mekanisme yang melibatkan serangga dan tanaman, yaitu
nonpreferen dan antibiosis, atau hanya satu pihak tumbuhan saja yaitu toleran.
Penggunaan Tanaman Resisten
dalam Pengendalian Serangga Hama
Berdasar tipe epidemologinya resistensi
tanaman terjadi melalui hubungan gen untuk gen, serta tipe resistensi vertikal
dan horisontal. Sedangkan berdasarkan cara pewarisan terdapat tiga mekanisme,
yaitu resistensi oligogenik, resistensi poligenik dan resistensi sitoplasmik.
Faktor lingkungan abiotik dan biotik dapat
mempengaruhi resistensi tanaman. Faktor abiotik yang paling berpengaruh adalah
suhu, intensitas cahaya dan tanah. Sedangkan faktor biotik meliputi biotip
serangga dan umur tanaman.
Bioteknologi diyakini merupakan cara yang
berprospek baik dalam pengembangan tanaman resistensi. Teknik yang cukup
berhasil adalah teknik DNA rekombinan dengan menyisipkan gen ke vektor,
kemudian ditransfer ke tumbuhan utuh.
Penggunaan tanaman resisten sangat membantu
dalam pengendalian hama terpadu dan memberikan hasil yang relatif baik jika
dipadukan dengan teknik lain.
Insektisida dan
Formulasinya
Insektisida adalah zat pembunuh serangga.
Secara umum pengelompokkan insektisida didasarkan cara insektisida
memasuki/kontak dengan tubuh serangga. Ada tiga golongan insektisida
berdasarkan cara kontaknya yaitu racun perut, fumigan dan racun kontak. Racun
kontak merupakan insektisida yang paling banyak digunakan. Ada dua racun kontak
yang dikenal dengan insektisida sintetis konvensional yaitu golongan organoklorin,
organofosfat, karbamat dan piretroid serta insektisida alami yaitu insektisida
botani. Dalam formulasi insektisida biasanya ada bahan lain yang dicampurkan
yang dapat bersifat sinergi, solven, diluen, surfaktan dan deodoran.
Formula dan Toksisitas
Insektisida
Sebelum siap dipasarkan insektisida umumnya
dicampur dengan bahan lain. Campuran bahan aktif dan bahan campuran/inert
disebut formulasi insektisida. Ada dua jenis formulasi insektisida yaitu
formula cair dan formula kering. Insektisida bekerja menghambat proses
metabolisme dalam tubuh serangga. Secara umum cara kerja insektisida
dikelompokkan ke dalam racun saraf, racun akson, racun sinapsis, racun otot dan
racun fisik. Toksisitas insektisida juga berlaku bagi manusia oleh karena itu
perlu dilakukan cara pemilihan dan penggunaan insektisida yang aman. Ada dua
jenis toksisitas yang dapat terjadi pada manusia yaitu toksisitas kronis dan
toksisitas akut.
Resistensi Serangga
Terhadap Insektisida
Serangga merupakan hewan paling efektif di
muka bumi. Pada kelompok serangga, Diptera telah mengembangkan jumlah besar
spesies resisten. Resistensi insektisida merupakan masalah utama dalam
mengontrol penyakit artropoda, khususnya malaria. Spesies serangga menghadapi
senyawa toksik melalui tiga mekanisme utama yaitu: resistensi biokimia,
resistensi fisiologis, dan resistensi perilaku.
Cross resistens menandakan serangga yang
resistensterhadap satu insektisida mampu bertahan terhadap insektisida lain,
sedangkan multipel resistens lebih serius dan meluas pada berbagai variasi
kelas insektisida dengan cara kerja berbeda dan cara detoksifikasi.
Insektisida Mutakhir
Kelompok insektisida yang termasuk golongan
mutakhir adalah insektisida mikrobiologis, insect growth regulator serta zat
penolak dan penarik serangga. Insektisida mikrobiologis menggunakan organisme
mikro misalnya bakteri, jamur dan virus. Bakteri dan virus merupakan kelompok
yang efektif karena mudah, efektif dan cepat dalam pengendalian hama serta
mudah beradaptasi dengan lingkungan.
Yang termasuk kelompok IGR adalah metorpen, hidropren, kinopren dan
diflubenzuron. Insektisida ini mengganggu aktivitas normal dari sistem endokrin
serangga sehingga mempengaruhi pertumbuhan serangga. Zat penolak adalah senyawa
kimia yang mencegah kerusakan yang disebabkan oleh serangga terhadap tanaman
atau hewan dengan menimbulkan efek tak menarik, tak dapat dimakan, atau
menyerang serangga. Sedangkan zat penarik sebaliknya bersifat mengundang
serangga. Biasanya digunakan feromon untuk menarik serangga.
Sumber : https://massofa.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan comentar, kritik dan saran agar blog ini bisa lebih baik lagi...!