MAKALAH
ANATOMI TUMBUHAN
BENDA DALAM SEL NON PROTOLASMIK
Nama
Kelompok :
1. Nur Saifuddin A. / 0905015045
2. Edwar Edi Hardadi / 0905015047
3. Edy Jumadil / 0905015059
4. Finawati Budiasih / 0905015061
5. Susanti / 0905015064
6. Dita Andrika / 0905015063
7.
Anisa Dwiyanti / 0905015060
8. Munawarah / 0905015079
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2010
KATA
PENGANTAR
Dengan
mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala
rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan kemampuan kepada penulis
dalam menyusun makalah Anatomi Tumbuhan ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan tepat pada waktunya.
Tidak
menutup kemungkinan bahwa penulisan laporan ini banyak terdapat kekurangan yang
mendasar disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan penulis, dimana penulis telah
berusaha semaksimal mungkin dengan bekal ilmu pengetahuan yang penulis miliki
untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Di
dalam penulisan laporan ini penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dan
bimbingan yang mendukung dari berbagai pihak baik itu berupa saran-saran dan
masukan, maka penulis akan banyak mengalami kesulitan dan hambatan yang cukup
berarti. Bantuan dan bimbingan tersebut merupakan faktor pendukung yang sangat
penting dan bermanfaat bagi penulis.
Samarinda,
Oktober 2010
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB
1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang 1
2. Rumusan Masalah 2
3. Tujuan 2
BAB
II PEMBAHASAN
1. Pengertian benda
non Protolasmik (Ergas) 3
2. Sifat benda non
protolasmik (Ergas) 3
3. Komponen dalam
benda non protolasmik (Ergas) 4
a. Kristal
Ca-oksalat 4
b. Kristal
Anorganik 5
c. Butir Amilum 6
d. Butir Aleuron 9
BAB
III PENUTUP
1. Kesimpulan 11
2. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Protoplas
dinyatakan bahwa suatu sel dikatakan mati apabila di dalam lumen sel itu tidak
terkandung lagi protoplas. Di dalam protoplas terkandung protoplasma yaitu zat-zat kehidupan. Dengan demikian maka
“benda-benda dalam sel yang nonprotoplasmik” berarti benda-benda yang tanpa
zat-zat kehidupan, yang artinya pula benda
mati.
Benda-benda
mati yang terdapat dalam sel-sel tumbuhan disebut benda ergas (“Ergastic
Substances”). Dalam buku-buku lain benda ergas tersebut dinamakan “Inclusion of
the protoplas” dan pada buku lainnya sering disebut “Non-protoplasmic
components” atau “Non protoplasmic materials”.
Di
dalam sel tumbuh-tumbuhan terdapat banyak benda-benda yang nonprotoplasmik, yang
biasanya berada dalam vakuola, dalam plasma sel dan kerap kali pula dalam
plastid. Benda yang nonprotoplasmik ini terdiri dari substansi (bahan) organik
atau anorganik, dapat bersifat cair ataupun
padat. Menurut para ahli botani,
benda-benda yang nonprotoplasmik itu umumnya merupakan makanan cadangan dan sering diketemukan dalam jumlah besar pada
tempat-tempat penimbunan cadangan makanan cadangan, seperti misalnya pada akar,
umbi, buah, biji dan lain-lain.
Di
atas disebutkan bahwa benda-benda yang nonprotoplasmik biasanya terdapat dalam vakuola, yaitu rongga-rongga dalam
sitoplasma yang berbatasan dengan tonoplasma. Vakuola ini mempunyai kegunaan
bagi pengaturan tegangan turgor, bagi kepentingan kegiatan metabolisme, dan
sebagai tempat penimbunan bahan-bahan yang tidak digunakan lagi, yang merupakan
hasil akhir dari metabolisme. Di antara benda-benda ergas tersebut ada yang
telah diketahui fungsinya, ada pula yang belum diketahui.
2.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan benda-benda dalam sel yang nonprotoplasmik?
2. Apa
saja sifat benda non-protoplasmik (ergas)?
3. Apa
saja benda atau komponen dalam sel yang non-protoplasmik (benda ergastik) yang
bersifat padat?
3.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian benda-benda dalam sel yang nonprotoplasmik.
2. Untuk
mengetahui sifat benda non-protoplasmik.
3. Untuk
mengetahui benda atau komponen dalam sel yang non-protoplasmik (benda ergastik)
yang bersifat padat.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Benda Non Protolasmik (Ergas)
Protoplas dinyatakan, bahwa suatu sel
dikatakan mati apabila di dalam lumen sel itu tidak terkandung lagi protoplas.
Di dalam protoplas terkandung protoplasma yaitu zat-zat kehidupan. Dengan demikian maka “benda-benda dalam sel yang
nonprotoplasmik” berarti benda-benda yang tanpa zat-zat kehidupan, yang artinya
pula benda mati. Benda-benda mati
yang terdapat dalam sel-sel tumbuhan disebut benda ergas (Ergastic Substances).
2.
Sifat
Benda Non Protolasmik (Ergas)
Komponen
non protoplasmik, berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi cair dan padat.
Komponen non protoplasmik (benda ergastik) yang bersifat cair itu terdapat di
dalam vakuola dan komponen non protoplasmik (benda ergastik) yang lazimnya
berbentuk butiran padat Kristal Ca-oksalat, Kristal an-organik, butir amilum
dan aleuron.
a.
Benda
Ergas yang Bersifat Cair
Penjelasan
yang bersifat cair akan meliputi: a. cairan sel, b. minyak dan lemak, c. minyak
yang mudah menguap dalm sel tumbuh-tumbuhan, yang dikenal dengan nama minyak
eteris dan dammar (harsa).
b.
Benda
Ergas yang Bersifat Padat
Benda-benda
nonprotoplasmik (mati) dalam sel yang bersifat padat tentunya berwujud lebih nyata daripada yang bersifat cair,
karena yang bersifat padat lazimnya
berbentuk butiran atau Kristal. Butiran atau Kristal ini terbentuk sebagai
hasil akhir metabolism (pertukaran zat) dalam tumbuh-tumbuhan. Ada pula yang
terbentuk karena terjadinya pengendapan zat-zat cair makanan cadangan, sehingaa
berwujud butiran. Di bawah ini hanya akan dikemukakan tentang Kristal
Ca-oksalat, Kristal an-organik, butir amilum dan aleuron.
3.
Komponen
Dalam Benda Non Protolasmik (Ergas)
a.
Kristal
Ca-oksalat
Kristal ini memang cukup banyak terdapat
dalam sel berbagai tumbuh-tumbuhan. Lazimnya terdapat dalam sel korteks (cortex), akan tetapi tidak
jarang pula terdapat dalam sel-sel parenkhim
floem (“phloem parenchyma”) dan parenkhim silemm (“xylem parenchyma”).
Kristal-kristal ini terdapat dalam
vakuola dari sel atau dalam plasma selnya. Sel-sel ini biasanya memiliki
dinding sel yang bergabus. Kristal-kristal ini dapat berbentuk:
(1)
Kristal dengan bentuk
Prisma Teratur
Biasanya terdapat dalam sel-sel di bawah
epidermis dari daun jeruk, yang letaknya yang umum yaitu pada jarak-jarak
tertentu dari lapisan sel tersebut.
(2)
Kristal dengan bentuk
Jarum
Kristal dengan bentuk jarum ini banyak
terdapat dalam sel-sel daun mirabilis.
Perhatikan pada gambar (b) tentang letaknya yang tidak teratur. Bentuk ini
terdapat pada daun mirabilis jalapa.
(3)
Kristal dengan bentuk
butir-butiran kecil
Kristal ini dalam bahasa Inggris
dinamakan “Crystal sands”, umumnya terdapat dalam sel daun serta tangkai daun
dari tumbuhan Amaranthus (bayam).
(4)
Kristal dengan bentuk
rafida
Merupakan Kristal bentuk jarum yang
letaknya sejajar satu sama lain, biasanya terdapat dalam sel-sel parenkhim dari
jaringan-jaringan yang lunak. Selnya mengandung lender dan berdinding tipis,
misalnya dalams sel-sel jaringan yang tergolong monocotyledoneae. Rafida misalnya terdapat pada endocarp buah aren
(Angera pinnata), akan menimbulkan
rasa gatal-gatal kalau tersinggung atau termakan.
(5)
Kristal dengan bentuk
kelenjar (driuse)
Kristal yang berbentuk kelenjar atau
“globose masses” atau juga “druse” hanya terdapat dalam sel-sel tertentu dengan
bentuknya yang tidak teratur (dapat berbentuk bintang, bulat, atau
bentuk-bentuk lainnya). Gambar 14 (e) menggambarkan Kristal pada tangkai daun
papaya (Carica papaya). Pada sel-sel
serat terkandung diketemukan Kristal oksalat yang memenuhi ruangan sel (lumen).
Dapat
ditambahkan, bahwa kristal-kristal oksalat akan dapat larut apabila terhadapnya
dibubuhkan: asam cuka dan sedikit dipanaskan dan akan terbentuk
gelembung-gelembung CO2; atau dengan pemberian HCL atau H2SO4.
b.
Kristal
Anorganik
Kristal-kristal
anorganik dimaksud ialah yang berupa silikat,
yang banyak terdapat pada sel tumbuh-tumbuhan jenis bambu dan rumput-rumputan
terutama pada sel epidermisnya. Biasanya silikat ini merupakan penebalan pada
dinding sel. Karena itu dengan adanya bahan ini dalam sel epidermis daun maka
daun ini keadaannya menjadi keras serta kaku, yang memungkinkannya menjaga
gangguan-gangguan dari luar. Selain itu terdapatnya silikat ini juga sebagai
kristal-kristal dalam lumen selnya.
Dalam sel selain
silikat terdapat pula sistolit akan
tetapi bentuknya jarang sebagai kristal, melainkan berbentuk khusus bagaikan
sarang lebah. Dalam hal ini sel-sel yang mengandung sistolit rata-rata
berukuran lebih besar dari sel-sel yang ada di sekitarnya, dengan demikian maka
dapat dengan mudah dibedakan. Sel-sel yang mengandung sistolit ini lazim
disebut litosis.
c.
Butir
Amilum
Benda-benda
nonprotoplasmik atau benda-benda mati ini dalam sel ini dibentuk oleh
plastid-plastida, diantaranya oleh amiloplas
dan kloroplas. Lazimnya merupakan
tepung-tepung yang dibentuk oleh
kloroplas disebut tepung asimilasi
terdapat dalam sel-sel daun, sedang yang dibentuk oleh amiloplas diebut tepung cadangan yang terdapat dalam
alat-alat penyimpanan makanan, seperti halnya pada akar-akar, umbi biji dan
lain-lain. Kadar tepung kadang-kadang mencapai tingkat yang tinggi, sekitar 20%
dari berat keseluruhan, bahkan dalam biji-bijian kadang-kadang dapat mencapai
sekitar 70% dari berat biji segar.
Terjadinya tepung transitoris dapat dikemukakan
sebagai berikut:
(a)
Tepung asimilasi dalam
proses menuju ke tempat penimbunan makanan, di bawah pengaruh enzim-enzim
amylase dan diastase telah diubah menjadi gula yang dapat larut ke dalam air.
(b)
Di tengah perjalanan
(sebelum sampai ke tempat penimbunan makanan) gula yang telah terjadi dan larut
dalam air mengalami pengendapan-pengandapan sementara, dan terbentuk tepung
transitoris.
Tentang tepung cadangan, bagi tiap jenis tumbuh-tumbuhan mempunyai
bentuk dan susunan tertentu, perhatikan
Gambar 15 di halaman berikut.
Perbedaan macam-macam tepung ini dapat
berdasarkan letak hilus dalam
butir-butir tepung. Yang dimaksud dengan hilus ialah titik permulaan terbentuknya butir tepung, (hilum atau titik
inisial), sedang lamella adalah garis-garis
halus yang mengelilingi hilus. Butir tepung yang terbentuk itu besarnya
berkisar antara 17-20 mikron. Perbedaan di atas menghasilkan adanya 2 macam
butir-butir tepung yaitu (1) yang konsentris, dan yang (2) eksentris.
v Butir tepung konsentris
Butir-butir
tepung macam ini dilihat letaknya hilus dan mella:
(1)
Hilusnya terletak di
tengah-tengah,
(2)
Letak lamella
mengelilingi hilus.
Butir tepung konsentris banyak terdapat pada tumbuh tumbuhan jenis
ketela, seperti misalnya pada ketela rambat (Ipomoea batatas), ketela pohon (Manihot
utilissima), dan lain-lain.
v Butir tepung eksentris
Perbedaannya dilihat
pula dari letaknya hilus dan lamella:
(1)
Hilusnya terletak di
pinggir,
(2)
Letak lamella
mengelilingi hilus.
Umumnya
bentuk dari butir-butir tepung macam ini adalah lonjong dan tidak pernah
bundar, banyak terdapat dalam sel tumbuh-tumbuhan seperti kentang (Solanum tuberosum).
Kalau di atas telah dibedakan
macam-macam butir tepung berdasarkan letak dari hilusnya, maka selanjutnya
dapat dikemukakan tentang macam-macam butir tepung apabila dilihat dari
susunannya, yaitu butir tepung monoadelph, diadelph dan polyadelph. Jelasnya
sebagai berikut:
(a)
Monoadelph
Butir-butir tepung monoedelph adalah
butir-butir tepung yang memiliki satu hilus dengan lamella-lamella
mengelilinginya. Sebagai contoh: butir tepung pada ketela rambat, ketela pohon,
gandum dan lain-lain.
(b)
Diadelph
Dalam hal butir-butir tepung macam ini, adalah
butir tepung yang terdiri dari dua hilus,
yang masing-masing hilus dikelilingi pula lamella-lamella sendiri-sendiri.
Masing-masing lamella ini dikelilingi lagi oleh lamella lainnya. Sebagai
contoh: butir tepung pada kentang.
(c)
Poliadelph
Butir-butir tepung diadelph ini ternyata
banyak bagian-bagiannya atau dengan kata lain terdiri dari banyak butir-butiran
tepung yang bersatu. Sebagai contoh: pada beras (Oryza sativa).
Butir-butir tepung tersusun pula atas
dua macam polysakarida: bagian tepi dari tepung (amilopektin) dan bagian dalam dari butir tepung (amilose).
Kalau
kita perhatikan kembali Gambar 15, pada butir tepumg phaseolus vulgaris, tedapat korosi.
Yang dimaksud dengan korosi adalah “peristiwa perubahan pada butir tepung
sebagai akibat digunakannya oleh tumbuhan, sehingga pengaruh enzim-enzim
amylase dan distase berubah menjadi gula yang larut dalam air. Tapi larutnya
ini tidak secara sekaligus melainkan secara sedikit demi sedikit, dan akibatnya
maka butir-butir tepung tadi seakan-akan terkerat-kerat”.
Selanjutnya
kalau kita melakaukan pengamatan pada butir tepung dengan menggunakan mikroskop
yang untuk ini digunakan cahaya polarisasi, maka akan tampak padanya suatu
susunan seperti kristal merupakan sfaeorokristal.
Sfaeorokristal ini terdiri dari
unsur-unsur kristal yang letaknya radial dan disebut trikhit.
Dalam suatu proses pelarutan tepung
diperlukan pemanasan, karena butir-butir tepung itu dalam air dingin tidak
melarut. Dengan pemanasan maka butir-butir tepung itu akan berubah menjadi
lendir (semacam kanji). Dengan asam sulfat pekat tepung akan dihidrolisa
menjadi gula. Bila tepung itu dipanaskan secara kering, akan berubah menjadi
suatu zat yang larut dalam air, yaitu dekstrim.
d.
Butir
Aleuron
Pada tumbuh-tumbuhan biasanya terdapat
protein aktif dan protein pasif. Yang dimaksud dengan protein aktif adalah protein-protein pembentuk protoplasma,
sedangkan protein pasif adalah
protein makanan cadangan. Pada hakikatnya protein pasif ini adalah benda non
protoplasmik (ergastic substances atau benda_benda mati) yang ditemukan dalam
vakuola-vakuola sebagai protein amorf ataupun sebagai kristal, kedua-duanya
lazim terdapat bersama-sama sebagai butir-butir
aleuron yang merupakan benda-benda mati. Benda-benda mati ini lazimnya
terdapat dalam endoperm, perisperm atau embrio dari biji-bijian.
Aleuron itu merupakan protein yang
termasuk globulin, butir-butirannya
yang tergolong sangat besar biasanya terdapat pada biji jarak (Ricinus
communis).Pada butir-butir yang besar ini lazimnya terdiri dari :
(1) Protein
amorf
(2) Protein
kristal
(3) Protein
globoid.
Yang dimaksud dengan protein amorf yaitu
protein tidak berbentuk, protein kristal yaitu protein yang memiliki bentuk
yang beraturan, persegi lima atau persegi enam. Sedangkan protein globoid adalh
protein yang banyak mengandung zat phytin, yaitu garam yang mengandung Ca dan
Mg dengan suatu asam (asam mesoinosith hexaphospor).
Lapisan aleuron ialah lapisan sel yang
berada di bawah kulit buah yang penuh mengandung butir-butir kecil protein,
sedangkan yang dimaksud dengan gluten adalah protein yang menyusun butir-butir
aleuron. Lapisan aleuron terdapat misalnya pada butir-butir gandum, padi dan
lain sebagainya. Butir-butir protein selain terdapat pada vakuola,
kadang-kadang terdapat pula dalam :
(1) Sitoplasma,
sebagai misal pada sel-sel umbi kentang yang letaknya di tepi
(2) Plastida
(3) Dalam
inti sel (nukleus), misalnya dalam tumbuh-tumbuhan yang tergolong keluarga
scrophulariaceae.
Selain
terdapat sebagai glubulin, protein pasif yang merupakan aleuron ini terdapat
juga sebagai albumin, glutelin ataupun protamin.
BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
a. Benda-benda
dalam sel yang nonprotoplasmik berarti benda-benda yang tanpa zat-zat kehidupan
(benda mati) yang berbentuk
butiran atau kristal.
b. Komponen
non protoplasmik, berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi cair dan padat.
c. Komponen
non protoplasmik (benda ergas) yang bersifat padat lazimnya berbentuk butiran
padat kristal Ca-oksalat, kristal an-organik, butir amilum dan aleuron.
2.
Saran
Untuk
memahami lebih lanjut tentang komponen non protoplasmik diharapkan pembaca
dapat mencari sumber-sumber yang lebih menunjang dari buku-buku di perpustakaan
maupun dari internet.
DAFTAR
PUSTAKA
Sutrian,
Drs.Yayan.2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan
(Tentang Sel dan
Jaringan).
Rineka Cipta:Jakarta
http://fadebyantoro.blogspot.com/2010/04/indoscience-2.html