EKOLOGI TUMBUHAN
SPESIES DALAM LINGKUNGAN KOMPLEKS
SPESIES DALAM LINGKUNGAN KOMPLEKS
DISUSUN OLEH :
NAMA : EDWAR EDI HARDADI
NIM : 0905015047
KELAS : PEND. BIOLOGI/ REG. PAGI B
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITA MULAWARMAN
SAMARINDA
2012
Topik : SPESIES DALAM LINGKUNGAN KOMPLEKS
Tenggal : Senin, 26 Maret 2012
Materi :
Spesies Sebagai Unit Ekologi
Sifat-sifat individu spesies akan banyak berpengaruh pada sifat komunitas karena akhir sebagai unit terakhir penyusun vegetasi atau komunitas adalah tingkat spesies. Spesies taksonomi tersusun oleh individu dan populasi yang kemungkinan secara genetis bersifat heterogen. Sedangkan spesies ekologis secara genetis merupakan berbagai tumbuhan lebih bersifat homogen yang bradaptasi terhadap berbagai kondisis lingkungan mikro khusus.
Faktor Lingkungan Dan Distribusi Tumbuhan
Permukaan bumi pada hakekatnya merupakan sistem jaringan faktor lingkungan yang berubah menurut ruang dan waktu. Kita dapat memperhatikan berbagai bentuk ektrim lingkungan dan bentuk gradien lingkungan berpengaruh kepada tumbuhan, dan menghubungkan dengan sifat toleransi fiusiologi spesies, dan dan juga dihubungkan dengan evolusi yang mencerminkan variasi lingkungan kopleks.
Distribusi tumbuhan
a. Tumbuhan Kosmopolit
Tumbuhan kosmopolit yaitu tumbuhan yang areal penyebarannya luas (terdapat di mana-mana). Contohnya tumbuhan zingiberaceae yang hampir terdapat pada seluruh daerah yang beriklim tropis.
b. Tumbuhan Endemik
Tumbuhan endemik yaitu tumbuhan yang area persebaranya sangat terbatas pada suatu kawasan yang unik(Cuma ada disatu daerah saja). Contoh tanaman angrek hitam yang hanya ada di pedalaman hutan borneo.
c. Tumbuhan Diskontinyu
Tumbuhan diskontinyu adalah tumbuhan yang memiliki hubungan kekerabatan akan tetapi terpisah pada lokasi yang sangat jauh secara geografi. Contoh tanaman notofagus yang ada di afrika dan australia.
Hukum Minimum Liebig
Hukum ini dikembangkan oleh justus van liebig (1840) dimana hukum ini berbunyi : “untuk dapat bertahan dan hidup dalamkeadaan tertentu yang suatu organisme harus memiliki bahan-bahan yang penting, diperlukan untuk pertumbuhan dan berkembang biak.” Keperluan-keperluan dasar ini bervariasi antara jenis dan keadaan. Di bawah keadaan-keadaan mantap bahan yang penting yang diperlukan adalah memerlukan pembatasan.
Hukum Toleransi Shelford
“ Setiap organisme mempunyai suatu minimum dan maksimum ekologis, yang merupakan batas bawah dan batas atas dari kisaran toleransi organisme itu terhadap kondisi faktor lingkungan”
Apabila organisme terdedah pada suatu kondisi faktor lingkungan yang mendekati batas kisaran tolrensinya, maka organisme tersebut akan mengalami cekaman (stress). Fisiologis. Organisme berada dalam kondisi kritis. Contohnya, hewan yang didedahkan pada suhu ekstrim rendah akan menunjukkan kondisi kritis Hipotermia dan pada suhu ekstirm tinggi akan mengakibatkan gejala Hipertemia. Apabila kondisi lingkungan suhu yang demikian tidak segera berubah maka hewan akan mati.
Dalam menentukan batas-batas kisaran toleransi suatu hewan tidaklah mudah. Setiap organisme terdedah sekaligus pada sejumlah faktor lingkungan, oleh adanya suatu interaksi faktor maka suatu faktor lingkungan dapat mengubah efek faktor lingkungan lainnya. Misalnya suatu individu hewan akan merusak efek suhu tinggi yang lebih kerasapabila kelembaban udara yang relative rendah. Dengan demikian hewan akan lebih tahan terhadap suhu tinggi apabila udara kering disbanding dengan pada kondisi udara yang lembab.
Konsep Holocoenotic Lingkungan
Konsep Holocoenotic Lingkungan adalah suatu klimaks alami terhadap modifikasi lain pada hukum liebig. Telah diketahui bila suatu faktor pembatasan dapat diatasi, maka akan timbul faktor pembatas lainnya. Bila suatu faktor lingkungan diubah maka akan merubah komponen-komponen lainya. Tidak mungkin mengisolasi satu faktor lingkungan terhadap distribusi dan kelimpahan suatu species, antar faktor terjadi saling ketergantungan dan sinergetik. Bukan berarti semua faktor setara, faktor-faktor tertentu sebagai trigger factors.
EKOTIPE TANAMAN
Kata “Ekotipe” pertama kali diusulkan oleh seorang ahli ekolog bangsa Swedia bersama Turesson (1922). Beliau mengadakan percobaan terhadap beberapa spesies tanaman yang ditanam pada berbagai keadaan lingkungan yang berbeda. Ternyata masing-masing spesies yang sama akan memperlihatkan sifat-sifat morfologis yang berbeda sehubungan dengan adanya perbedaan lingkungan (Wilsie, 1962). Berdasarkan hal-hal tersebut, respon tanaman terhadap faktor lingkungan dibagi menjadi yaitu:
Ekofen: dengan sinonim habitat form dan epharmone yaitu perubahan yang diberikan oleh tanaman sehubungan dengan perubahan habitat. Perubahan-perubahan yang jelas terlihat adalah jumlah kekeran batang, kevigoran bagian-bagian organ reproduktif. Walaupun demikian respon yang diberikan merupakan respon genetik homogen.
Ekotipe: dengan sinonim eccologie races atau physiologic races yaitu tipe-tipe spesies yang diperlihatkan terhadap suatu perubahan keadaan lingkungan secara keseluruhan. Terlihat adanya perubahan-perubahan morfologis dan fisiologis dengan respon genetik yang bervariasi sesuai dengan perubahan lingkungan tersebut.
Kesimpulan :
Permukaan bumi pada hakekatnya merupakan sistem jaringan faktor lingkungan yang berubah menurut ruang dan waktu. Distribusi tumbuhan dibagi menjadi tiga yaitu, Tumbuhan Kosmopolit, Tumbuhan Endemik, Tumbuhan Diskontinyu.
Hukum Minimum Liebig : “untuk dapat bertahan dan hidup dalamkeadaan tertentu yang suatu organisme harus memiliki bahan-bahan yang penting, diperlukan untuk pertumbuhan dan berkembang biak.”
Hukum Toleransi Shelford :“ Setiap organisme mempunyai suatu minimum dan maksimum ekologis, yang merupakan batas bawah dan batas atas dari kisaran toleransi organisme itu terhadap kondisi faktor lingkungan”
Konsep Holocoenotic Lingkungan adalah suatu klimaks alami terhadap modifikasi lain pada hukum liebig.
EKOTIPE TANAMAN : Ternyata masing-masing spesies yang sama akan memperlihatkan sifat-sifat morfologis yang berbeda sehubungan dengan adanya perbedaan lingkungan.
Sumber :
Lumowa, Sonja V.T. 2012. Ekologi Tumbuhan. Universitas Mulawarman; Samarinda
Sudarsono, Nasruddin Anshory. 2007. Kearifan Lingkungan dalam Perspektif Budaya Jawa. YOB ; Jakarta
http://ektum3bkel4.blogspot.com/2010/10/tumbuhan-kosmopolit.html
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND.../hk,teori.pdf
http://fp.uns.ac.id/~hamasains/ekotan%205.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan comentar, kritik dan saran agar blog ini bisa lebih baik lagi...!